
Kabar menggembirakan datang dari tim palestina piala arab yang berhasil mencatatkan prestasi bersejarah di turnamen tersebut. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Piala Arab FIFA, Palestina berhasil lolos ke perempat final setelah memuncaki klasemen Grup A mengalahkan Suriah dan Tunisia.
Kami menyaksikan bagaimana perjuangan tim Palestina berbuah manis ketika mereka bermain imbang tanpa gol melawan Suriah di pertandingan terakhir grup.
Hasil imbang tersebut memastikan kedua tim melaju ke babak delapan besar, sementara tuan rumah Qatar harus tersingkir dengan hanya mengumpulkan satu poin saja. Yang membuat pencapaian ini semakin istimewa adalah bagaimana sekitar 40.000 suporter memadati Stadion Education City di Al Rayyan, Qatar, bersorak dan merayakan keberhasilan Palestina lolos ke perempat final.
Meskipun pertandingan berjalan ketat dengan beberapa peluang yang melebar dari jarak jauh, Palestina tetap mampu mempertahankan posisi puncak klasemen berkat keunggulan selisih gol[-3].
Pertandingan antara Palestina dan Suriah di Stadion Education City pada Minggu malam berakhir dengan hasil imbang tanpa gol yang cukup dramatis. Meski minim gol, laga ini tetap menghadirkan tensi tinggi sepanjang 90 menit. Hasil ini memastikan kedua tim melaju ke babak perempat final Piala Arab FIFA 2025, dengan Palestina berhasil memuncaki klasemen Grup A berkat keunggulan selisih gol.
Babak pertama berlangsung dengan tempo sedang. Suriah sedikit lebih unggul dalam penguasaan bola (52%), namun kesulitan menembus pertahanan solid Palestina. Total hanya ada satu tembakan dari Suriah tanpa mengarah ke gawang, sedangkan Palestina melepaskan empat tembakan dengan dua di antaranya tepat sasaran. Meski demikian, xG Suriah hanya mencapai 0,04 dan Palestina 0,13, menunjukkan minimnya peluang berbahaya di paruh pertama.
Pada babak kedua, pola permainan berubah dengan Palestina justru tampil lebih dominan dalam penguasaan bola (63%). Titik panas satu-satunya dalam pertandingan terjadi setelah satu jam berlalu ketika Suriah diberi penalti yang kemudian dibatalkan setelah tinjauan VAR.
Sekitar 40.000 penonton memadati stadion memberikan dukungan luar biasa untuk kedua tim. Hingga peluit panjang berbunyi, skor tetap 0-0, hasil yang membuat kedua tim mengumpulkan lima poin dan menyingkirkan tuan rumah Qatar yang hanya mengumpulkan satu poin.
Di pertandingan lainnya dalam Grup A, Tunisia menunjukkan permainan dominan dengan mengalahkan tuan rumah Qatar dengan skor telak 3-0 di Stadion Al Bayt. Meskipun demikian, kemenangan tersebut tidak cukup untuk membawa mereka lolos ke babak selanjutnya.
Eagles of Carthage memulai pertandingan dengan intensitas tinggi dan berhasil membuka keunggulan pada menit ke-16 melalui Mohamed Ben Romdhane yang sigap memanfaatkan bola muntah setelah tembakan Seifeddine Jaziri ditepis kiper Qatar. Keunggulan Tunisia semakin kokoh saat Yassine Meriah menyundul bola ke gawang pada menit ke-62 dari tendangan sudut yang dieksekusi apik oleh Ben Romdhane dan sontekan Ferjani Sassi.
Situasi sempat menjadi tegang ketika Jaziri menerima kartu kuning kedua pada menit ke-65 karena tekel terlambat terhadap Akram Afif, memaksa Tunisia bermain dengan 10 pemain. Namun, pengurangan jumlah pemain tidak menghalangi Tunisia untuk mencetak gol ketiga. Pada menit ke-90+4, Mohamed Benali melepaskan tembakan keras yang rikus setelah membentur pemain lawan dan masuk ke gawang.
Alhasil, walaupun Tunisia menang telak, hasil imbang antara Palestina dan Suriah membuat mereka harus puas finis di peringkat ketiga Grup A. Sementara itu, Qatar yang dipimpin oleh Julen Lopetegui tersingkir sebagai juru kunci dengan hanya mengumpulkan satu poin dari tiga pertandingan. Klasemen akhir menunjukkan Palestina memuncaki grup dengan keunggulan selisih gol atas Suriah, keduanya mengumpulkan lima poin, sedangkan Tunisia dan Qatar masing-masing mengoleksi empat dan satu poin.
Hasil imbang tanpa gol melawan Suriah membuat Palestina memuncaki klasemen Grup A dengan total lima poin dan keunggulan selisih gol. Prestasi ini membawa Palestina ke perempat final Piala Arab FIFA untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sementara itu, Suriah menempel ketat di posisi kedua dengan poin sama namun kalah produktif dalam mencetak gol.
Perjalanan tim Palestina di turnamen ini dimulai dengan kemenangan mengejutkan atas tuan rumah Qatar berkat gol bunuh diri, kemudian bangkit dari ketinggalan 2-0 untuk menyamakan kedudukan melawan Tunisia berkat gol dramatis Zaid Qunbar di menit-menit akhir.
Pelatih Palestina, Ehab Abu Jazar, memberikan penghormatan kepada ibunya yang kini tinggal di tenda di Gaza bersama keluarga lainnya. “Ia memiliki banyak pengalaman di bidang olahraga, dan ia berpesan kepada saya untuk bermain dengan hati-hati,” ujarnya.
Bahkan, bagi banyak warga Gaza, menonton pertandingan sepak bola menjadi satu-satunya pelarian dari konflik yang berlangsung selama dua tahun terakhir. Sekitar 40.000 suporter yang memadati stadion mulai menari dan bersorak merayakan keberhasilan ini.
“Kami sangat senang bisa memuncaki grup, yang beranggotakan dua tim hebat seperti Qatar dan Tunisia, dan kami mengucapkan selamat kepada seluruh penggemar Palestina,” ujar penyerang Palestina, Oday Dabbagh.
Pada babak perempat final, Palestina akan menghadapi tim besar seperti Arab Saudi dan salah satu dari Maroko atau Oman. Pencapaian ini semakin istimewa mengingat Palestina berada di peringkat ke-96 dalam klasemen FIFA, 45 tempat di bawah Qatar.
Prestasi bersejarah tim Palestina di Piala Arab FIFA 2025 sungguh patut diapresiasi. Mereka berhasil memuncaki Grup A dengan lima poin, mengalahkan tim-tim yang lebih diunggulkan seperti Tunisia dan tuan rumah Qatar. Keberhasilan ini tentu menjadi momen penuh kebanggaan bagi seluruh pendukung Palestina.
Perjalanan tim Palestina sepanjang fase grup memang penuh drama. Awalnya, mereka mengejutkan tuan rumah Qatar dengan kemenangan berkat gol bunuh diri. Kemudian, tim asuhan Ehab Abu Jazar ini bangkit dari ketinggalan dua gol melawan Tunisia. Akhirnya, hasil imbang tanpa gol melawan Suriah memastikan langkah mereka ke perempat final untuk pertama kalinya.
Dukungan sekitar 40.000 penonton di Stadion Education City menjadi saksi sejarah ketika Palestina memastikan lolos ke babak delapan besar. Meskipun berada di peringkat 96 FIFA, jauh di bawah Qatar yang menempati peringkat 51, tim Palestina mampu menunjukkan permainan solid dan penuh determinasi.
Keberhasilan ini jelas memiliki makna mendalam. Bagi warga Gaza, menonton pertandingan sepak bola menjadi pelarian dari konflik yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir. Sementara pelatih Ehab Abu Jazar mendedikasikan pencapaian ini untuk ibunya yang kini tinggal di tenda di Gaza.
Tantangan berat sudah menanti Palestina di babak perempat final. Tim asuhan Ehab Abu Jazar kemungkinan akan menghadapi tim besar seperti Arab Saudi atau salah satu dari Maroko dan Oman. Namun, dengan semangat juang yang telah ditunjukkan sepanjang fase grup, Palestina tentu tidak bisa dianggap remeh.
Terlepas dari hasil yang akan diraih di babak perempat final, pencapaian Palestina kali ini telah menuliskan sejarah baru untuk sepak bola negara tersebut. Prestasi ini sekaligus membuktikan bahwa semangat dan determinasi mampu melampaui segala keterbatasan serta ekspektasi.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.