slotvip
slotvip playme8
slot vip playme8
playme8slot.com
playme8slot
playme8
login playme8
daftar playme8
playme8 resmi
playme8 gacor
playme8 gacor
playme8 slot
Minggu, 21 Des 2025 - :
5 Nov 2025 - 11:00 | 49 Views | 0 Suka

Prosesi Pemakaman Pakubuwono XIII Dimulai di Keraton Solo

5 mnt baca

Pemakaman Pakubuwono XIII akan menempuh perjalanan bersejarah dengan jenazah yang ditandu melewati hampir 500 anak tangga menuju peristirahatan terakhirnya di Pajimatan Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta hari ini, Rabu (5/11). Kami menyaksikan persiapan prosesi pemakaman yang penuh nilai tradisional ini, dimulai dari Keraton Kasunanan Surakarta pada pukul 08.00 WIB.

Banner Iklan In Artikel 1

Raja Keraton Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Hangabehi, wafat pada Minggu (2/11/2025) di usia 77 tahun setelah menjalani perawatan di RS Indriati Solo Baru. Saat ini, jenazah Pakubuwono XIII disemayamkan di Masjid Pujasana dalam Kompleks Keraton Surakarta. 

Acara pemakaman ini akan dimulai dengan kirab dari Keraton menuju rumah dinas Wali Kota Solo, Loji Gandrung, menggunakan empat kereta yang ditarik 16 kuda, kemudian dilanjutkan dengan mobil ambulans menuju Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri. 

Selama prosesi ini berlangsung, iring-iringan jenazah akan mendapat pengawalan ketat dengan pengaturan lalu lintas khusus di sejumlah ruas jalan utama Kota Solo.

Banner Iklan In Artikel 1

Prosesi pemakaman dimulai dari Keraton Surakarta

Prosesi pemakaman Pakubuwono XIII dimulai pagi ini dari Keraton Surakarta setelah jenazah disemayamkan semalaman di Masjid Pujosono. Pemberangkatan jenazah dilakukan seusai prosesi brobosan yang diikuti kerabat Keraton Surakarta. Pada upacara tersebut, para kerabat berjalan memutar beberapa kali di bawah peti jenazah Pakubuwono XIII yang diangkat.

Selanjutnya, jenazah Pakubuwono XIII dibawa menggunakan kereta khusus Rata Pralaya. Kereta tersebut tampak dihiasi bunga-bunga putih, seperti anggrek bulan, snapdragons, baby breath, dan rose holland. Berbeda dengan kereta kencana biasa, Rata Pralaya hanya digunakan untuk satu keperluan: mengantar jenazah raja menuju tempat peristirahatan terakhir.

Dalam prosesi ini, empat kereta ikut serta dalam kirab. Kereta yang membawa jenazah Pakubuwono XIII ditarik delapan ekor kuda, sementara tiga kereta lainnya yang ditumpangi keluarga ditarik masing-masing empat dan dua ekor kuda.

Iring-iringan kereta bergerak ke arah selatan melalui Siti Hinggil Selatan, di mana gamelan upacara dibunyikan. Kemudian, rombongan melalui bagian tengah Alun-alun Selatan hingga perempatan Gading, lalu ke arah barat sampai perempatan Gemblekan, dilanjutkan ke utara hingga Jalan Slamet Riyadi, dan akhirnya berbelok kiri menuju Loji Gandrung.

Warga Solo memenuhi kanan kiri jalan untuk menyaksikan prosesi bersejarah ini. Setibanya di Loji Gandrung, jenazah akan dipindahkan ke mobil jenazah untuk melanjutkan perjalanan ke Imogiri.

Iring-iringan jenazah tempuh rute khusus menuju Imogiri

Setelah tiba di Loji Gandrung, jenazah Pakubuwono XIII dipindahkan dari kereta kencana ke mobil ambulans untuk melanjutkan perjalanan menuju Imogiri. Rute perjalanan akan melalui Jalan Slamet Riyadi, Jalan Semarang-Solo, Jalan Solo-Jogja, hingga Prambanan.

Memasuki wilayah Yogyakarta, iring-iringan akan melintasi Ring Road Selatan dan Jalan Imogiri Timur sebelum akhirnya tiba di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram. Khusus di wilayah Bantul, rute yang ditempuh meliputi Jalan Raya Janti (Blok O), Ketandan, Karangturi, Gondowulung, hingga Pajimatan, Imogiri.

Pengamanan ketat diberlakukan sepanjang rute dengan melibatkan ratusan personel keamanan. Polresta Surakarta menurunkan 469 personel yang disebar di titik-titik strategis, sementara Polres Bantul mengerahkan 230 personel untuk mengamankan jalur serta prosesi pemakaman.

Selama prosesi berlangsung, rekayasa lalu lintas diberlakukan secara situasional. Penutupan jalan akan dilakukan bertahap menyesuaikan posisi iring-iringan. Dinas Perhubungan Surakarta mengimbau masyarakat untuk menghindari jalur prosesi demi kelancaran arus kendaraan.

Masyarakat yang ingin menyaksikan prosesi diharapkan tertib dan tidak berdesak-desakan. “Silakan melihat dan memberi penghormatan, tetapi tetap pada batas aman,” pesan AKBP Sigit. Para pengendara juga diminta mencari jalur alternatif mulai pukul 10.00 WIB agar tidak terjebak kemacetan.

Tradisi Jawa tentukan waktu dan tata cara pemakaman

Penentuan waktu pemakaman Pakubuwono XIII tidak lepas dari perhitungan tradisi Jawa yang masih dipegang kuat oleh pihak keraton. Awalnya, pemakaman direncanakan pada Selasa Kliwon (4/11/2025), namun kemudian diubah menjadi Rabu Legi (5/11/2025) setelah pertimbangan matang.

Pegiat sejarah dan budaya Jawa, R. Surojo, menjelaskan bahwa Selasa Kliwon diyakini sebagai hari angker dan dihindari untuk pemakaman. “Kalau orang Jawa, ora ilok (tidak baik) memakamkan pada Selasa Kliwon,” ujarnya. Hari tersebut dipercaya sebagai waktu turunnya energi besar dari alam gaib.

Sebaliknya, Rabu Legi dipandang membawa makna yang baik. “Rabu itu pasaran Legi, artinya manis. Jadi kalau dikebumikan hari itu, harapannya mendapat manisnya kubur, kubur yang tenteram, damai, dan baik bagi arwahnya,” tambah Surojo.

Setibanya di kompleks Imogiri, jenazah akan disambut oleh juru kunci makam. Prosesi dilaksanakan sesuai adat Mataram Islam, dipimpin penghulu Keraton Surakarta. Upacara dimulai dengan pembacaan doa, dilanjutkan penyerahan jenazah ke peristirahatan terakhir.

Setelah pemakaman, akan diadakan kenduri selapan, yaitu doa bersama 40 hari kemudian sebagai tradisi penghormatan bagi raja yang telah wafat.

Kesimpulan

Demikianlah prosesi pemakaman Pakubuwono XIII yang sarat dengan nilai-nilai adat dan tradisi Jawa. Undoubtedly, peristiwa bersejarah ini menjadi momen penting bagi masyarakat Surakarta dan seluruh pecinta budaya Jawa. Pihak keraton telah mempersiapkan rangkaian upacara dengan sangat teliti, mulai dari pemilihan hari Rabu Legi yang dipercaya membawa kebaikan bagi arwah, hingga penggunaan kereta Rata Pralaya yang khusus digunakan untuk mengantar jenazah raja.

Ribuan warga Solo dan sekitarnya berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pemimpin yang telah mengabdi selama bertahun-tahun. Meskipun prosesi pemakaman ini memerlukan persiapan dan koordinasi yang rumit, namun semua pihak bekerja sama dengan baik demi kelancaran acara. Furthermore, pengamanan ketat dari ratusan personel kepolisian menunjukkan betapa pentingnya acara ini bagi masyarakat dan negara.

Perjalanan panjang jenazah dari Keraton Solo hingga ke peristirahatan terakhir di Pajimatan Imogiri bukan sekadar perpindahan fisik semata. Pada hakikatnya, ini merupakan simbol perjalanan spiritual seorang raja yang kembali ke pangkuan Sang Pencipta. Tradisi mendaki hampir 500 anak tangga menuju makam menggambarkan perjalanan suci yang harus ditempuh, bahkan dalam kematian.

Tradisi-tradisi yang dijalankan hari ini menjadi pengingat akan kekayaan budaya Jawa yang masih terjaga di tengah arus modernisasi. Accordingly, momen ini juga menjadi pembelajaran berharga tentang bagaimana nilai-nilai tradisional tetap relevan dan dihormati dalam kehidupan masyarakat modern. Setelah prosesi pemakaman selesai, rangkaian tradisi akan berlanjut dengan kenduri selapan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Pakubuwono XIII.

Kepergian Pakubuwono XIII meninggalkan jejak sejarah penting dalam dinamika kebudayaan Jawa. Above all, warisan budaya dan nilai-nilai kepemimpinan yang beliau tinggalkan akan terus hidup dalam ingatan masyarakat Surakarta dan menjadi pedoman bagi generasi mendatang. Semoga arwah beliau mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis Berita

Tinggalkan Balasan

Bagikan
Beranda
Bagikan
Lainnya
0%