slotvip
slotvip playme8
slot vip playme8
playme8slot.com
playme8slot
playme8
login playme8
daftar playme8
playme8 resmi
playme8 gacor
playme8 gacor
playme8 slot
Minggu, 21 Des 2025 - :
10 Des 2025 - 11:16 | 31 Views | 0 Suka

10 Desember Hari Apa? Fakta Mengejutkan di Balik Hari HAM Sedunia 2025

9 mnt baca

10 Desember hari apa? Tahukah kamu bahwa tanggal 10 Desember diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia di seluruh dunia? Peringatan ini telah berlangsung sejak tahun 1950 secara resmi.

Banner Iklan In Artikel 1

Tanggal 10 Desember hari apa sebenarnya memiliki sejarah panjang. Hari ini memperingati hari adopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Desember 1948. Dokumen bersejarah ini lahir dari pengalaman pahit Perang Dunia Kedua dan terdiri dari pembukaan serta 30 pasal yang mengatur berbagai aspek hak dasar manusia.

Pada 10 Desember 2025, kita akan merayakan peringatan ke-77 tahun sejak dunia sepakat untuk menjunjung tinggi martabat manusia melalui deklarasi universal tersebut. Tema global yang diusung tahun ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu “Human Rights, Our Everyday Essentials”. Kampanye tema HAM 2025 ini juga gencar dilakukan melalui platform digital dengan melibatkan generasi muda.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri lebih dalam mengapa tanggal 10 Desember dipilih sebagai Hari HAM Sedunia, kapan HAM dibentuk, serta fakta-fakta mengejutkan di balik peringatan penting ini. Selain itu, kita juga akan membahas bagaimana Indonesia memaknai Hari HAM 2025 dan peran kita sebagai masyarakat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai HAM.

Banner Iklan In Artikel 1

Mengapa 10 Desember Diperingati Sebagai Hari HAM Sedunia?

Sejarah penetapan 10 Desember sebagai Hari HAM Sedunia memiliki latar belakang panjang yang berkaitan dengan perjuangan kemanusiaan global. Mari kita telusuri mengapa tanggal ini begitu penting dalam sejarah HAM dunia.

Sejarah singkat Deklarasi Universal HAM

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) lahir sebagai respons terhadap kekejaman yang terjadi selama Perang Dunia II (1939-1945). Setelah perang berakhir, masyarakat internasional bertekad agar tragedi kemanusiaan serupa tidak terulang lagi.

Pada 10 Desember 1948, Majelis Umum PBB secara resmi mengadopsi DUHAM di Palais de Chaillot, Paris, Perancis. Dokumen bersejarah ini terdiri dari pembukaan dan 30 pasal yang mengatur berbagai aspek hak dasar manusia, mulai dari kebebasan pribadi hingga jaminan perlindungan hukum.

DUHAM kemudian menjadi landasan bagi perkembangan HAM di seluruh dunia. Hingga saat ini, deklarasi ini telah diterjemahkan ke lebih dari 500 bahasa, menjadikannya dokumen yang paling banyak diterjemahkan di dunia.

Kapan HAM dibentuk dan siapa penggagasnya

Proses pembentukan DUHAM dimulai pada tahun 1947 ketika Komisi Hak Asasi Manusia PBB mulai menyusun draftnya. Komisi ini dipimpin oleh Eleanor Roosevelt, istri dari mantan Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt.

Selain Eleanor Roosevelt, komisi tersebut beranggotakan para guru besar, diplomat, dan tokoh penting lainnya dari berbagai negara. Salah satu kontributor penting adalah Hansa Mehta dari India, yang memperjuangkan penggunaan istilah “human rights” daripada hanya “rights of man” untuk memastikan kesetaraan gender dalam dokumen tersebut.

Resolusi PBB tahun 1950 dan penetapan tanggal 10 Desember

Meskipun DUHAM diadopsi pada 1948, peringatan Hari HAM Sedunia secara resmi dimulai pada tahun 1950. Pada tahun tersebut, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 423 (V) yang mengundang semua negara dan organisasi terkait untuk menetapkan tanggal 10 Desember setiap tahun sebagai Hari HAM Sedunia.

Saat DUHAM diadopsi, dari 58 negara anggota PBB, sebanyak 48 negara mendukung, 8 negara abstain, dan 2 negara tidak menghadiri sidang. Fakta ini menunjukkan dukungan luas masyarakat internasional terhadap prinsip-prinsip HAM universal, meskipun pada masa itu dunia masih dalam proses pemulihan pasca perang dunia.

Sejak saat itu, tanggal 10 Desember menjadi momen penting untuk mengingatkan bahwa setiap manusia memiliki hak yang melekat sejak lahir dan wajib dijunjung tinggi, tanpa memandang ras, agama, usia, atau latar belakang.

Tema Hari HAM Sedunia 2025: Human Rights, Our Everyday Essentials

Peringatan 10 Desember sebagai Hari HAM Sedunia tahun 2025 hadir dengan tema yang sangat menarik. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengangkat tema global yang dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari kita. Mari kita telaah lebih dalam makna dan tujuan di balik tema tersebut.

Makna tema tahun ini secara global

Pada peringatan ke-77 Hari HAM Sedunia, PBB mengusung tema “Human Rights, Our Everyday Essentials” atau dalam bahasa Indonesia “Hak Asasi Manusia, Kebutuhan Sehari-hari Kita”. Tema ini menegaskan bahwa hak asasi manusia bukan sekadar konsep politik atau prinsip hukum. Lebih dari itu, HAM dipandang sebagai bagian dari aktivitas dan kebutuhan dasar sehari-hari, seperti hak belajar, bekerja, merasa aman, hingga kebebasan berekspresi.

PBB melalui kampanye 2025 ingin mendekatkan prinsip HAM dengan pengalaman hidup masyarakat. Tujuan kampanye tersebut adalah membangun kesadaran, memperkuat kepercayaan, dan mendorong tindakan kolektif melindungi hak asasi manusia di seluruh dunia. Tema ini dipilih untuk mengubah persepsi bahwa Hari HAM Sedunia hanya milik para diplomat atau aktivis hukum.

Tiga pilar utama: Positif, Esensial, Dapat Dicapai

Kampanye Hari HAM Sedunia 2025 berdiri di atas tiga pilar utama yang saling menguatkan:

  • Positif: HAM tidak hanya melindungi, tetapi juga menghadirkan kegembiraan, kebahagiaan, dan rasa aman dalam kehidupan sehari-hari. HAM dapat memberikan rasa aman di kehidupan sehari-hari.
  • Esensial: HAM merupakan kebutuhan dasar manusia di berbagai situasi. HAM adalah hal-hal penting yang semua manusia miliki, yakni landasan bersama yang menyatukan manusia di tengah perbedaan ras, gender, keyakinan, atau latar belakang lainnya.
  • Dapat Dicapai: Penegakan HAM dimulai dari pilihan-pilihan kecil sehari-hari. Hak asasi berawal dari diri sendiri, dengan menghormati orang lain dan keberanian bersuara melawan ketidakadilan.

Kampanye digital dan peran generasi muda

Kampanye tema HAM 2025 ini gencar dilakukan melalui platform digital dengan melibatkan generasi muda. Masyarakat dapat ikut menyuarakan semangat Hari HAM Sedunia melalui twibbon yang dibagikan di media sosial.

Peran generasi muda sangat penting sebagai agen perubahan dalam keberagaman dan HAM. Namun, tantangannya cukup besar. Survei INFID pada 2021 mengungkap sebanyak 42,5 persen orang muda masih memegang pandangan yang menganggap keyakinannya adalah mayoritas dan cenderung intoleran terhadap keyakinan lainnya, khususnya minoritas.

Meskipun demikian, generasi muda terus menunjukkan semangat perubahan. Mereka aktif mendorong berbagai kebijakan seperti pengesahan RUU Masyarakat Adat, mencabut peraturan daerah diskriminatif, reformasi sistem pendidikan, dan terbukanya lapangan kerja formal yang adil dan inklusif.

Fakta Mengejutkan di Balik Hari HAM Sedunia

Tahukah Anda bahwa Hari HAM Sedunia menyimpan beberapa fakta menarik yang jarang diketahui? Mari kita lihat sisi lain dari peringatan penting ini.

Deklarasi HAM adalah dokumen paling banyak diterjemahkan

Ternyata, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) memegang rekor sebagai dokumen yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Hingga saat ini, deklarasi tersebut telah diterjemahkan ke lebih dari 500 bahasa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya dokumen ini sebagai landasan universal untuk hukum dan kebijakan di seluruh dunia.

HAM bukan hanya soal hukum, tapi juga kehidupan sehari-hari

Sebenarnya, HAM hadir dalam aspek kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari hak atas pendidikan, kesehatan, pekerjaan yang layak, hingga kebebasan berpendapat. Bahkan hal sederhana seperti menghormati pendapat orang lain atau tidak mendiskriminasi sesama merupakan penerapan HAM dalam kehidupan.

Tanggal 10 Desember juga hari penganugerahan Nobel

Menariknya, tanggal 10 Desember juga dikenal sebagai Hari Hadiah Nobel. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari wafatnya Alfred Nobel pada tahun 1896. Setiap tahun, penerima Nobel mendapatkan medali, diploma, dan hadiah uang dari Raja Swedia pada tanggal yang sama dengan peringatan Hari HAM Sedunia.

Banyak negara rayakan dengan cara unik

Berbagai negara memiliki cara tersendiri dalam merayakan Hari HAM. Ada yang mengisi dengan diskusi, forum pemuda, hingga kampanye kreatif. Di Indonesia sendiri, peringatan ini kerap diisi dengan kegiatan Musrenbang HAM Nasional dan aksi kemanusiaan.

HAM dan krisis iklim: keterkaitan yang makin nyata

Belakangan ini, hubungan antara HAM dan krisis iklim semakin terlihat jelas. Perubahan iklim dapat mengancam hak-hak dasar manusia seperti hak atas pangan, air, dan kesehatan. Bahkan ada Resolusi 7/23 tentang Hak Asasi Manusia dan Perubahan Iklim yang mengakui bahwa krisis iklim berdampak langsung pada pemenuhan HAM.

Bagaimana Indonesia Memaknai Hari HAM 2025

Indonesia merayakan 10 Desember 2025 dengan pendekatan yang lebih praktis dibanding seremonial. Peringatan ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia di tanah air.

Musrenbang HAM Nasional dan integrasi ke pembangunan

Untuk pertama kalinya, Indonesia menggelar Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) HAM Nasional pada 8-10 Desember 2025. Inisiatif ini sejalan dengan Asta Cita pertama Presiden Prabowo yang menempatkan HAM senafas dengan ideologi Pancasila. Menteri HAM Natalius Pigai menyebut Musrenbang HAM sebagai “salah satu tonggak sejarah terpenting” dalam pembangunan HAM. Forum ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari pemerintah pusat, daerah, hingga masyarakat sipil. Musrenbang juga memberikan perhatian khusus pada hak ekonomi, sosial, dan budaya yang selama ini kurang diperhatikan dibanding hak sipil dan politik.

Aksi kemanusiaan menggantikan seremoni di Aceh

Komnas HAM mengubah rencana peringatan HAM 2025 di Aceh menjadi aksi kemanusiaan di daerah terdampak bencana. Aksi ini mencakup Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Ketua Komnas HAM Anis Hidayah menjelaskan bahwa kegiatan akan mencakup kunjungan ke lokasi bencana, pemberian bantuan kepada kelompok rentan, dan doa bersama. Komnas HAM juga akan melakukan pengamatan terkait tata kelola bencana untuk memastikan penanganannya berlandaskan pada HAM.

Peran masyarakat sipil dan aksi jalanan

Masyarakat sipil berperan penting sebagai garda terdepan dalam pemajuan HAM di Indonesia. Mereka terus mendorong reformasi dan penguatan mekanisme HAM melalui advokasi, jejaring, dan penguatan kapasitas. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam membangun ekosistem HAM yang menghormati martabat manusia.

Tantangan kebebasan berekspresi dan data pribadi

Tantangan besar masih dihadapi Indonesia dalam hal kebebasan berekspresi dan perlindungan data pribadi. Khususnya di ruang digital, terjadi peningkatan tekanan terhadap kebebasan berekspresi dan pembela HAM, termasuk praktik doksing dan kriminalisasi. Kelompok rentan seperti penyandang disabilitas dan komunitas keberagaman gender juga menghadapi kerentanan serius terkait perlindungan data pribadi. Mereka sering menjadi korban kasus kekerasan gender berbasis online, termasuk praktik outing dan doxing.

Kesimpulan

Setelah menelusuri sejarah dan makna di balik peringatan Hari HAM Sedunia pada 10 Desember, kita dapat melihat betapa pentingnya momentum ini bagi kemanusiaan. Tanggal bersejarah ini tidak sekadar peringatan formal, melainkan pengingat bahwa hak asasi manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita.

Tema “Human Rights, Our Everyday Essentials” pada peringatan ke-77 tahun 2025 sungguh relevan dengan kondisi dunia saat ini. Hak asasi manusia bukan lagi konsep abstrak yang jauh dari realitas. Sebaliknya, HAM hadir dalam setiap aspek kehidupan kita, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga kebebasan berekspresi.

Meskipun telah 77 tahun berlalu sejak adopsi DUHAM, perjuangan menegakkan HAM terus berlanjut. Fakta bahwa deklarasi ini telah diterjemahkan ke lebih dari 500 bahasa menunjukkan universalitas nilai-nilai kemanusiaan yang melampaui batas negara, budaya, dan keyakinan.

Indonesia sendiri menunjukkan komitmen nyata melalui penyelenggaraan Musrenbang HAM Nasional dan aksi kemanusiaan di daerah terdampak bencana. Pendekatan ini mencerminkan pemahaman bahwa HAM bukan sekadar seremonial, tetapi harus diintegrasikan ke dalam pembangunan nasional dan tindakan nyata.

Namun demikian, tantangan dalam penegakan HAM masih menghadang di depan mata. Khususnya terkait kebebasan berekspresi dan perlindungan data pribadi, banyak kelompok rentan yang membutuhkan perhatian lebih.

Oleh karena itu, peringatan Hari HAM Sedunia pada 10 Desember 2025 harus kita jadikan momentum untuk merefleksikan peran kita masing-masing. Kita semua memiliki tanggung jawab dalam memastikan bahwa hak asasi manusia dihormati, dilindungi, dan dipenuhi.

Akhirnya, mari kita ingat bahwa perjuangan HAM tidak pernah berakhir dengan perayaan satu hari. Justru sebaliknya, upaya menegakkan nilai-nilai kemanusiaan harus kita lanjutkan setiap hari, dimulai dari tindakan-tindakan kecil seperti menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi martabat setiap orang. Dengan begitu, kita bersama-sama dapat mewujudkan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berperikemanusiaan.

Penulis Berita

Tinggalkan Balasan

Bagikan
Beranda
Bagikan
Lainnya
0%