slotvip
slotvip playme8
slot vip playme8
playme8slot.com
playme8slot
playme8
login playme8
daftar playme8
playme8 resmi
playme8 gacor
playme8 gacor
playme8 slot
Senin, 22 Des 2025 - :
27 Okt 2025 - 14:55 | 51 Views | 0 Suka

Sejarah Sumpah Pemuda: Dokumen Langka Ungkap Fakta Mengejutkan Pertemuan 1928

6 mnt baca

Sejarah Sumpah Pemuda yang kita ketahui selama ini mungkin tidak sepenuhnya lengkap. Tanggal 28 Oktober merupakan hari bersejarah bagi kita sebagai masyarakat Indonesia, yang kita peringati sebagai Hari Sumpah Pemuda. 

Banner Iklan In Artikel 1

Sumpah Pemuda sendiri adalah salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia yang telah lama kita pelajari di sekolah. Namun, bagaimana jika ada fakta-fakta tersembunyi yang belum terungkap?

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sejarah lahirnya Sumpah Pemuda secara mendalam dan menemukan kronologi sejarah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang mungkin belum banyak diketahui. Seperti yang kita tahu, Sumpah Pemuda dicetuskan dalam Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928. 

Kongres bersejarah ini diadakan di Jakarta (yang saat itu bernama Batavia) selama dua hari pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Tentu saja, pemahaman tentang latar belakang sejarah Sumpah Pemuda menjadi sangat penting untuk menghargai nilai perjuangan para pemuda pada masa itu.

Banner Iklan In Artikel 1

Meskipun demikian, baru-baru ini ditemukan dokumen langka yang mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang pertemuan bersejarah tersebut. Dokumen ini memberikan perspektif baru tentang sejarah Sumpah Pemuda lengkap yang selama ini kita pahami. Peristiwa Kongres Pemuda II dan lahirnya Sumpah Pemuda kemudian menjadi inspirasi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Oleh karena itu, pada tahun 2025 nanti, peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 akan semakin bermakna dengan tema “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu” yang menjunjung semangat perubahan menuju bangsa Indonesia yang lebih makmur dan sejahtera melalui semangat generasi muda.

Dokumen Langka Ungkap Fakta Baru Kongres Pemuda II

Temuan mengejutkan dari studi sejarah terkini mengungkapkan bahwa Sumpah Pemuda yang kita peringati setiap tahun ternyata tidak memiliki dokumen dan bukti sejarah otentik. Menurut Dr. Phil Ichwan Azhari, Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, “Berdasarkan data yang ada, tidak pernah ada satu baris pun ditulis kata Sumpah Pemuda dan para pemuda juga tidak sedang melakukan sumpah saat itu”.

Faktanya, apabila teks asli hasil kongres pemuda 28 Oktober 1928 diteliti dengan seksama, istilah yang digunakan bukanlah “Sumpah Pemuda” melainkan “Poetoesan Congres”. Perubahan istilah ini baru terjadi pada tanggal 28 Oktober 1954, ketika Presiden Soekarno dan Muhammad Yamin membuka Kongres Bahasa Indonesia yang kedua di Medan. Saat itulah kata “Poetoesan Congres” dibelokkan menjadi “Sumpah Pemuda”.

Selain itu, penulis sekaligus sejarawan Batara Richard Hutagalung dalam penelitiannya berjudul “28 Oktober 1928: Tidak Ada Sumpah Pemuda” mengklaim bahwa tidak ada pengucapan ikrar yang dilakukan oleh para pemuda. Hasil pembahasan Kongres Pemuda II diformulasikan sebagai resolusi, bukan sumpah bersama.

Sejarawan JJ Rizal juga menegaskan, “Sebenarnya tidak ada kata sumpah pada peristiwa sejarahnya 28 Oktober 1928”. Menurutnya, yang pertama menggunakan istilah perayaan Sumpah Pemuda adalah PKI pada tahun 1953, kemudian disebarluaskan oleh Muhammad Yamin.

Menariknya, dokumen asli ditulis menggunakan ejaan Van Ophuysen yang dipakai pada masa itu untuk menulis kata berbahasa Melayu. Sementara itu, notulen rapat ditulis menggunakan Bahasa Belanda. Selama berlangsungnya kongres, para peserta tidak mendapatkan izin untuk mengumandangkan kata “merdeka” karena dilarang oleh pihak kepolisian Belanda yang mengawasi ketat acara tersebut.

Kronologi Sejarah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Kronologi Sumpah Pemuda bermula dari Kongres Pemuda I yang diselenggarakan pada 30 April hingga 2 Mei 1926. Kongres pertama ini dipimpin Mohammad Tabrani yang bertujuan memajukan persatuan dan kesatuan bangsa. Meskipun demikian, kongres ini belum berhasil menyatukan pemuda Indonesia.

Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) kemudian mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda II. Sebelum kongres digelar, para pemuda mengadakan pertemuan pada tanggal 3 Mei dan 12 Agustus 1928 untuk membahas persiapan kongres. Kongres Pemuda II akhirnya dilaksanakan selama dua hari, tanggal 27-28 Oktober 1928.

Kongres terbagi dalam tiga rapat di tempat berbeda. Rapat pertama digelar di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond pada 27 Oktober malam, dipimpin Soegondo Djojopoespito dengan Muhammad Yamin berpidato tentang persatuan. Rapat kedua berlangsung di Gedung Oost-Java Bioscoop pada 28 Oktober pagi, membahas pendidikan kebangsaan. Rapat ketiga diselenggarakan di Indonesische Clubgebouw malam harinya.

Sebelum kongres ditutup, WR Soepratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan biolanya tanpa lirik untuk menghindari kecurigaan pemerintah kolonial Belanda. Kongres kemudian ditutup dengan pembacaan rumusan hasil kongres yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Bagaimana Fakta Baru Mengubah Narasi Sejarah Sumpah Pemuda

Penelusuran dokumen sejarah memberikan perspektif berbeda tentang peristiwa yang selama ini kita peringati sebagai Sumpah Pemuda. Pada kenyataannya, istilah “Sumpah Pemuda” sendiri tidak pernah muncul dalam teks asli hasil Kongres Pemuda II tahun 1928. Berdasarkan penelitian, dokumen asli justru menggunakan istilah “Poetoesan Congres”.

Dr. Phil Ichwan Azhari, Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Negeri Medan menegaskan, “Tak pernah ada satu baris pun ditulis kata Sumpah Pemuda dan para pemuda juga tak sedang melakukan sumpah saat itu”. Selain itu, sejarawan Batara Richard Hutagalung dalam penelitiannya berjudul “28 Oktober 1928: Tidak Ada Sumpah Pemuda” menyimpulkan tidak ada pengucapan ikrar yang dilakukan oleh para pemuda.

Perubahan nama dari “Poetoesan Congres” menjadi “Sumpah Pemuda” baru terjadi sekitar 25 tahun kemudian. Tepatnya pada 28 Oktober 1954, ketika Presiden Soekarno dan Mohammad Yamin membuka Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Sejak saat itulah tanggal 28 Oktober dianggap sebagai hari kelahiran Sumpah Pemuda.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menanggapi temuan ini dengan menyatakan bahwa pemberian makna terhadap suatu peristiwa adalah hal yang biasa terjadi. “Setiap rekonstruksi peristiwa untuk ‘disejarahkan’, pasti memiliki perspektif tertentu dan mengandung unsur inter-subyektifitas”.

Kesimpulan

Fakta-fakta mengejutkan dari dokumen langka tersebut tentu membawa pandangan baru tentang sejarah Sumpah Pemuda yang selama ini kita yakini. Perubahan istilah dari “Poetoesan Congres” menjadi “Sumpah Pemuda” yang terjadi sekitar 25 tahun setelah peristiwa aslinya menunjukkan bagaimana narasi sejarah dapat berubah seiring waktu. Meskipun demikian, makna dan semangat yang terkandung dalam peristiwa 28 Oktober 1928 tetap menjadi fondasi penting bagi persatuan bangsa Indonesia.

Sesungguhnya, penemuan bahwa tidak pernah ada pengucapan sumpah secara formal pada Kongres Pemuda II tidak mengurangi nilai historis dari pertemuan tersebut. Justru sebaliknya, peristiwa ini semakin menarik untuk dikaji karena menunjukkan bagaimana sejarah dapat diinterpretasikan dan dibentuk kembali untuk kepentingan narasi kebangsaan.

Dokumen asli yang ditulis dengan ejaan Van Ophuysen dan notulen rapat dalam Bahasa Belanda juga mengingatkan kita tentang konteks kolonial saat itu. Pengawasan ketat dari pihak Belanda bahkan mencegah para pemuda mengucapkan kata “merdeka” selama kongres berlangsung.

Terlepas dari temuan-temuan baru ini, semangat persatuan yang diusung oleh para pemuda pada tahun 1928 tetaplah nyata dan berdampak besar bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, kita masih perlu menghargai tanggal 28 Oktober sebagai momen bersejarah yang menandai kebangkitan semangat nasionalisme di kalangan pemuda.

Akhirnya, peringatan Hari Sumpah Pemuda tetap relevan untuk masa kini dan masa depan bangsa. Fakta sejarah yang baru terungkap ini seharusnya tidak membuat kita meragukan pentingnya persatuan, melainkan mendorong kita untuk lebih kritis dalam memahami sejarah bangsa sendiri.

Dengan demikian, tema “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu” untuk peringatan ke-97 Sumpah Pemuda pada tahun 2025 mendatang akan semakin bermakna sebagai pengingat bahwa generasi muda akan selalu menjadi penggerak utama perubahan bangsa Indonesia.

Penulis Berita

Tinggalkan Balasan

Bagikan
Beranda
Bagikan
Lainnya
0%