KH Zulfa Mustofa resmi menjadi penjabat (Pj) Ketum PBNU menggantikan Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. Penetapan ini dilakukan dalam rapat pleno yang diselenggarakan di Hotel Sultan Jakarta pada Selasa (9/12). Kami menyaksikan bahwa keputusan ini diambil setelah diikuti oleh Mustasyar, A’wan, Syuriyah, Tanfidziyah, serta seluruh pimpinan lembaga dan badan otonom PBNU.
Sebelumnya, KH Zulfa Mustofa menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PBNU. Beliau yang lahir pada 7 Agustus 1977 juga dikenal sebagai keponakan dari Ma’ruf Amin dan cucu kemenakan dari Syekh Nawawi al-Bantani. Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan harapannya agar penetapan Zulfa Mustofa sebagai Pj Ketum PBNU bisa mengurangi beban kebangsaan dan keumatan. KH Zulfa akan melaksanakan tugas-tugasnya hingga Muktamar Nahdlatul Ulama yang akan digelar di Surabaya, Jawa Timur, pada 2026.
PBNU Tetapkan KH Zulfa Mustofa Gantikan Gus Yahya
Penetapan KH Zulfa Mustofa sebagai Pj Ketum PBNU dilakukan dalam rapat pleno tertutup di Hotel Sultan, Jakarta pada Senin malam (9/12/2025). Rais Syuriyah PBNU Mohammad Nuh, yang mendapatkan mandat dari Rais Aam KH Miftachul Akhyar untuk memimpin pleno, mengumumkan keputusan tersebut.
“Yaitu penetapan pejabat Ketua Umum PBNU masa bakti sisa, sisa sekarang ini, yaitu yang mulia beliau Bapak K.H. Zulfa Mustofa,” kata Mohammad Nuh.
KH Zulfa akan menjabat hingga pelaksanaan Muktamar PBNU yang dijadwalkan pada 2026. Selain itu, rapat pleno tersebut juga menyampaikan risalah hasil rapat Syuriyah tanggal 20 November 2025.
Rapat pleno dihadiri oleh tokoh-tokoh penting NU, termasuk Rais Aam KH Miftachul Akhyar, Wakil Rais Aam KH Anwar Iskandar dan KH Afifuddin Muhajir, Menteri Agama Nasaruddin Umar, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf, serta Ketua PBNU Khofifah Indar Parawansa.
Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari pemberhentian Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) pada 26 November 2025 berdasarkan surat edaran nomor 4785/PB.02/A.II.10.01/99/11/2025.
Dalam sambutannya, KH Zulfa mengakui tugas yang diembannya sangat berat. Namun, beliau bertekad menjadi solusi penyelesaian konflik demi masa depan NU.
“Saya tidak ingin menjadi konflik masa lalu. Saya ingin menjadi solusi jamiyah ini untuk masa depan. Karena sudah lama warga NU bersedih atas ketidakpastian ini,” ungkap Zulfa.
Siapa KH Zulfa Mustofa dan Apa Hubungannya dengan Ma’ruf Amin?
Profil KH Zulfa Mustofa menarik perhatian publik setelah penunjukannya sebagai Pj Ketum PBNU. Beliau memiliki ikatan keluarga yang kuat dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia. KH Zulfa Mustofa merupakan keponakan dari Ma’ruf Amin, mantan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai cucu kemenakan dari ulama besar Nusantara, Syekh Nawawi al-Bantani.
Hubungan kekerabatan dengan Ma’ruf Amin tentunya memberikan pengaruh tersendiri dalam perjalanan KH Zulfa di dunia kepesantrenan dan organisasi. Namun demikian, kiprah KH Zulfa dalam Nahdlatul Ulama bukan semata-mata karena faktor keluarga. Sebelum diangkat sebagai Pj Ketum, beliau telah aktif di PBNU dengan menjabat sebagai Wakil Ketua Umum.
Lahir pada 7 Agustus 1977, KH Zulfa Mustofa kini dipercaya memimpin organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia. Tantangan yang dihadapi tidak ringan, terutama dalam menyelesaikan berbagai konflik internal yang terjadi belakangan ini.
“Saya tidak ingin menjadi bagian dari konflik masa lalu,” ungkapnya dengan tegas dalam sambutannya setelah penetapan. Kini, fokus utama KH Zulfa Mustofa adalah menjadi solusi bagi permasalahan jamiyah dan mempersiapkan Muktamar NU yang akan diselenggarakan di Surabaya pada 2026 mendatang.
Apa Saja Perjalanan Pendidikan dan Karier KH Zulfa Mustofa?
Perjalanan pendidikan KH Zulfa Mustofa dimulai di SD Al-Jihad, Tanjung Priok, Jakarta Utara hingga kelas 3. Kemudian beliau melanjutkan sekolah di Pekalongan sampai tamat. Pendidikan menengahnya ditempuh di Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Simbangkulon, sebelum pindah ke Kajen, Pati, untuk belajar di lingkungan pesantren.
Di Kajen, beliau berguru pada dua ulama berwibawa—KH. A Sahal Mahfudh dan KH. Rifa’i Nasuha. Pada tahun 1996, setelah menyelesaikan pendidikan Madrasah Aliyah, beliau kembali ke Jakarta. Meski berencana kuliah ke Timur Tengah, cita-cita tersebut tertunda karena ayahnya wafat pada malam Idul Fitri. Pada usia 19 tahun, beliau menggantikan posisi ayahnya mengajar di sekitar 5 majelis taklim.
Selain itu, KH Zulfa mendirikan majelis taklim sendiri bernama Darul Musthofa pada tahun 2000. Dalam karier organisasi, beliau pernah menjabat sebagai pengurus GP Ansor, Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU (2010-2015), Katib Syuriah PBNU (2015-2021), hingga Wakil Ketua Umum PBNU.
Prestasi akademiknya terlihat dari pemberian gelar Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Arudl Kesusastraan Arab dari UIN Sunan Ampel Surabaya pada 25 September 2024. Beliau juga dikenal sebagai penulis karya ilmiah, termasuk kitab Al-Fatwa wa Ma La Yanbaghi li al-Mutafaqqih Jahluhu dan Diqqat al-Qonnas fi Fahmi Kalam al-Imam al-Syafi’i.
Kesimpulan
Penetapan KH Zulfa Mustofa sebagai Pj Ketum PBNU tentunya membawa harapan baru bagi organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya PBNU memiliki sosok pemimpin yang diharapkan mampu menjadi solusi atas berbagai persoalan internal yang terjadi belakangan. Undoubtedly, pengalaman beliau sebagai Wakil Ketua Umum PBNU sebelumnya menjadi modal penting dalam menjalankan amanah tersebut.
Nevertheless, tantangan yang dihadapi KH Zulfa tidaklah ringan. Sebagai keponakan Ma’ruf Amin dan cucu kemenakan Syekh Nawawi al-Bantani, beliau mewarisi tanggung jawab besar untuk menjaga keutuhan dan marwah organisasi. Namun demikian, tekadnya untuk tidak menjadi bagian dari konflik masa lalu menunjukkan sikap yang bijaksana dalam menghadapi situasi saat ini.
Hingga Muktamar NU 2026 di Surabaya nanti, KH Zulfa akan memikul beban berat untuk menyatukan kembali berbagai elemen dalam tubuh NU. Accordingly, dukungan dari seluruh jajaran pengurus dan warga nahdliyin sangat diperlukan agar visi beliau dalam memajukan organisasi dapat terwujud.
Pada akhirnya, kepemimpinan KH Zulfa Mustofa diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi internal NU, tetapi juga bagi kebangsaan dan keumatan sebagaimana harapan Menteri Agama Nasaruddin Umar. Therefore, kiprah beliau sebagai Pj Ketum PBNU akan menjadi tonggak penting dalam sejarah perjalanan Nahdlatul Ulama ke depan.

