Site icon ViralNih.com

Kursi Panas Pelatih Indonesia, Tiga Nama Asing Masuk Radar PSSI

Kursi Panas Pelatih Indonesia  Tiga Nama Asing Masuk Radar PSSI

Kursi Panas Pelatih Indonesia Tiga Nama Asing Masuk Radar PSSI

Siapa yang akan menjadi pelatih Indonesia selanjutnya? Pertanyaan ini terus menggelayuti pikiran kita setelah PSSI secara resmi memberhentikan Patrick Kluivert. Saat ini, teka-teki pelatih baru timnas Indonesia masih gelap meskipun sudah ada tiga nama besar yang dirumorkan akan menangani Skuad Garuda.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memang belum bisa mengumumkan identitas pengganti Kluivert karena masih dalam proses menyelesaikan dua langkah penting. Namun, dari berbagai sumber, kita mengetahui ada tiga kandidat pelatih Indonesia yang masuk radar. Shin Tae-yong, yang memiliki rekam jejak gemilang bersama Timnas Indonesia, menjadi sorotan utama. 

Berikutnya, Louis van Gaal, pelatih legendaris asal Belanda, disebut-sebut sebagai kandidat kuat. PSSI juga dikabarkan membidik pelatih asal Jepang, dengan nama Akira Nishino yang sempat disebut sebagai kandidat potensial. 

Menurut jadwal, pada 10-18 November 2025 akan ada jeda internasional di mana Timnas Indonesia bisa memainkan uji coba untuk mendapatkan poin di ranking FIFA.

PSSI cari pengganti Kluivert usai kegagalan di Kualifikasi Piala Dunia

PSSI telah mengambil langkah tegas dengan memberhentikan Patrick Kluivert dari posisinya sebagai pelatih Timnas Indonesia. Keputusan ini menjadi konsekuensi logis setelah timnas gagal melaju ke putaran final Piala Dunia 2026. Dengan kekosongan posisi pelatih ini, federasi kini dihadapkan pada tantangan mencari sosok pengganti yang tepat untuk memimpin Skuad Garuda ke depan.

Patrick Kluivert resmi diberhentikan

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) secara resmi mengumumkan pemecatan Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia pada Kamis, 16 Oktober 2025. Pengumuman ini dirilis melalui akun resmi federasi, menandai berakhirnya masa jabatan pelatih asal Belanda tersebut yang sejatinya dikontrak untuk durasi dua tahun.

Dalam keterangan resminya, PSSI menyebutkan bahwa pihaknya dan tim kepelatihan timnas Indonesia telah sepakat untuk mengakhiri kerja sama lebih awal melalui mekanisme mutual termination. Pemutusan kontrak ini dilakukan atas dasar persetujuan kedua belah pihak, dengan mempertimbangkan dinamika internal dan arah strategis pembinaan tim nasional ke depan.

“Penghentian kerja sama ini dilakukan atas dasar persetujuan kedua pihak, dengan mempertimbangkan dinamika internal dan arah strategis pembinaan tim nasional ke depan,” tulis pernyataan PSSI di situs resminya.

Alasan utama pemberhentian Kluivert tidak lain adalah kegagalan timnas Indonesia menembus putaran final Piala Dunia 2026. Kegagalan ini terjadi setelah Indonesia kalah dari Arab Saudi dengan skor 2-3 dan Irak dengan skor 0-1 di putaran keempat babak kualifikasi Grup B pada Oktober 2025. Kekalahan beruntun tersebut membuat Indonesia hanya mampu bertengger di peringkat ke-3 Grup B Kualifikasi Piala Dunia Round 4 dengan 0 poin.

Meskipun demikian, PSSI tetap menyampaikan apresiasi atas kontribusi seluruh anggota tim kepelatihan selama masa tugasnya. “Langkah ini diambil sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap program pembinaan dan pengembangan sepak bola nasional,” demikian pernyataan PSSI.

Perlu dicatat bahwa Patrick Kluivert baru ditunjuk sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia sejak 8 Januari 2025, menggantikan Shin Tae-yong dari Korea Selatan yang juga dipecat beberapa hari sebelumnya. Pelatih Belanda berusia 49 tahun itu semula dikontrak dengan durasi dua tahun, namun kerja sama harus berakhir di tengah jalan.

Selama menjabat sebagai pelatih timnas senior Indonesia, Kluivert telah menangani total delapan pertandingan. Pemberhentian tersebut juga berlaku untuk seluruh tim kepelatihan yang dibawanya, sehingga mereka tidak lagi menangani Timnas Indonesia di level senior, Timnas U-23, maupun Timnas U-20.

PSSI belum umumkan nama pengganti

Setelah secara resmi memutuskan kontrak dengan Patrick Kluivert, PSSI hingga kini masih belum mengumumkan siapa sosok yang akan menggantikannya sebagai pelatih baru Timnas Indonesia. Situasi ini tentu menimbulkan pertanyaan dan spekulasi di kalangan penggemar sepak bola tanah air.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengakui bahwa pihaknya masih dalam proses mencari sosok pelatih baru untuk Timnas Indonesia. Namun, Erick menyebutkan ada kendala yang dihadapi dalam proses pencarian tersebut. Menurut Erick, ada persepsi yang berkembang bahwa melatih Timnas Indonesia adalah hal yang “menyeramkan” karena adanya tekanan besar di media sosial.

“Jangan sampai persepsi yang terjadi belakangan ini membuat posisi kita sulit mencari pelatih. Pelatih-pelatih kemarin kan juga shock (diserang) di DM. Bahkan sampai keluarganya juga (diserang),” ungkap Erick Thohir.

Erick kemudian menambahkan bahwa para penggemar dan suporter jangan sampai menyerang para pemain dan pelatih, karena hal tersebut justru akan membuat persepsi sepak bola Indonesia menjadi tidak sehat. Dia juga menekankan pentingnya meningkatkan kepercayaan diri para pemain serta memastikan bahwa federasi akan melindungi mereka dari serangan-serangan yang tidak proporsional.

“Saya mau menaikkan confident para pemain, federasi pun akan melindungi mereka,” tegas Erick.

Untuk mengatasi tantangan ini, Erick Thohir menyatakan bahwa dia sedang menggunakan jaringan internasionalnya untuk memberikan keyakinan terbaik bagi para calon pelatih yang sedang dipertimbangkan. “Yang saya lakukan dengan jaringan internasional saya sekarang adalah memberikan confident terbaik bagi para calon pelatih,” katanya.

Meskipun proses pencarian pelatih baru ini memakan waktu, Erick menekankan bahwa PSSI tetap berkomitmen pada program jangka panjang untuk pengembangan sepak bola nasional. “Kami tetap punya program long term,” tegasnya.

Beberapa nama pelatih asing yang saat ini berkiprah di BRI Liga 1 sempat disebut-sebut menjadi kandidat untuk menggantikan posisi Kluivert. Namun, PSSI belum memberikan konfirmasi resmi terkait hal tersebut. Oleh karena itu, sampai saat ini, identitas pelatih baru Timnas Indonesia masih menjadi teka-teki yang belum terjawab.

FIFA Matchday November jadi tenggat waktu

Dengan belum adanya pelatih pengganti yang ditunjuk, PSSI kini dihadapkan pada tenggat waktu yang semakin mendekat, yaitu FIFA Matchday pada bulan November 2025. Agenda ini menjadi penting mengingat Timnas Indonesia perlu segera mempersiapkan diri untuk kompetisi internasional berikutnya.

Erick Thohir sendiri mengakui bahwa Timnas Indonesia tidak bisa tergesa-gesa menjalani FIFA Matchday November 2025 karena belum ditemukannya pelatih baru pasca berpisah dengan Patrick Kluivert. “Untuk FIFA Matchday, kalau kita belum dapat pelatihnya, ya mungkin kita juga tidak bisa tergesa-gesa untuk melakukan FIFA Matchday, walaupun kita sudah ada planning,” jelas Erick.

Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa PSSI memiliki dua opsi: segera mendapatkan pelatih baru sebelum FIFA Matchday November, atau menunda partisipasi dalam agenda tersebut. Namun, menunda partisipasi dalam FIFA Matchday November bisa berdampak pada peringkat FIFA Indonesia.

Saat ini, peringkat FIFA Indonesia turun dari posisi 119 ke 122 setelah kalah dari Arab Saudi dan Irak di putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. FIFA Matchday November dianggap penting karena terkait dengan upaya perbaikan peringkat FIFA Indonesia. Dengan tidak berpartisipasi dalam agenda tersebut, Indonesia berpotensi kehilangan kesempatan untuk memperbaiki peringkatnya di kancah internasional.

Sebagai alternatif, ada pandangan bahwa PSSI dapat menunjuk pelatih sementara (caretaker) untuk menangani Timnas Indonesia selama FIFA Matchday November. “Namun jika timnas Garuda akan memainkan laga di FIFA Matchday nanti, bisa juga ditangani pelatih sementara (caretaker). Jadi PSSI tidak perlu harus tergopoh-gopoh menetapkan pelatih definitif timnas Garuda,” demikian saran yang dikemukakan.

Dengan sisa waktu kurang dari 20 hari menjelang FIFA Matchday November, PSSI memang harus segera mengambil keputusan soal pelatih yang akan menangani Timnas Indonesia. Namun, ada juga pandangan bahwa PSSI sebaiknya tidak terburu-buru dalam menetapkan pelatih definitif untuk timnas Indonesia.

“Jika PSSI memang masih menimbang-nimbang sejumlah nama untuk melatih timnas Garuda senior, tidak perlu harus terburu-buru. Karena idealnya kita saat ini memang membutuhkan level kualitas pelatih yang bisa membawa Indonesia juara Piala AFF 2026 atau Piala Asia 2027,” demikian pandangan yang berkembang.

Selain FIFA Matchday November, PSSI juga perlu fokus mempersiapkan Timnas Indonesia U-22 yang akan mencoba mempertahankan medali emas di SEA Games 2025. Hal ini menambah kompleksitas dalam pengambilan keputusan terkait penunjukan pelatih baru.

Sementara itu, kegagalan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026 juga telah menarik perhatian dari DPR RI. Komisi X DPR RI berencana memanggil Erick Thohir untuk dimintai penjelasan terkait kegagalan tersebut. DPR RI menilai Erick Thohir menjadi pihak yang bertanggung jawab atas keputusan-keputusan strategis yang berujung pada kegagalan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026.

“Saat itu beliau menyebut Patrick sebagai pilihan terbaik, hasil dari kalkulasi matang,” ujar MY Esti Wijayati. “Bahkan dengan dukungan naturalisasi. Tetapi sekarang hasilnya gagal total. Jadi, beliau harus bertanggung jawab,” lanjutnya.

Pemanggilan dengan topik serupa pernah dilakukan oleh Komisi X DPR RI perihal pergantian pelatih Timnas Indonesia dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert. Kali ini, fokusnya adalah pada kegagalan timnas di bawah arahan Kluivert.

Dengan berbagai tantangan tersebut, PSSI dihadapkan pada situasi yang kompleks dalam mencari pelatih baru Timnas Indonesia. Di satu sisi, ada kebutuhan untuk segera mendapatkan pelatih baru demi persiapan FIFA Matchday November. Di sisi lain, PSSI juga perlu memastikan bahwa proses seleksi dilakukan dengan cermat untuk mendapatkan pelatih yang benar-benar tepat dan dapat membawa Timnas Indonesia mencapai prestasi yang lebih baik di masa depan.

Keberhasilan PSSI dalam menemukan pelatih pengganti Kluivert yang tepat akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah perkembangan sepak bola Indonesia ke depan. Masyarakat sepak bola tanah air tentunya berharap proses pencarian ini dapat menghasilkan keputusan terbaik demi kemajuan prestasi Timnas Indonesia di kancah internasional.

Tiga nama asing masuk radar pelatih timnas Indonesia

Perburuan pelatih baru timnas Indonesia kini semakin meruncing dengan tiga nama besar asing yang masuk dalam radar PSSI. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) saat ini tengah mengevaluasi beberapa kandidat potensial untuk mengisi kursi kosong yang ditinggalkan Patrick Kluivert. Dari berbagai sumber terpercaya, tiga nama yang paling sering dikaitkan dengan posisi tersebut adalah Shin Tae-yong, Louis van Gaal, dan Akira Nishino.

Shin Tae-yong: dukungan publik vs penolakan PSSI

Nama Shin Tae-yong kembali mencuat setelah posisi pelatih timnas Indonesia kosong. Pelatih asal Korea Selatan ini memang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan para penggemar sepak bola tanah air. Hubungan ini terjalin berkat prestasi gemilang yang dibukukan Shin selama melatih timnas Indonesia sebelumnya.

Shin Tae-yong tercatat beberapa kali membawa skuad Garuda mencatatkan prestasi bersejarah. Beberapa pencapaian penting di antaranya membawa timnas Indonesia lolos ke babak 16 besar Piala Asia dan mengamankan tiket ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Prestasi-prestasi ini yang membuat banyak suporter mendukung kembalinya Shin Tae-yong ke kursi pelatih timnas Indonesia.

Menariknya, Shin Tae-yong sendiri baru-baru ini menegaskan bahwa ia terbuka untuk kembali melatih timnas Indonesia. “Kalau nanti ada tawaran, tentu saja saya akan pertimbangkan. Tapi prinsipinya saya kalau ada tawaran yang baik, saya terbuka kemana pun,” ungkap Shin Tae-yong dalam video yang diunggah di YouTube. Bahkan secara terang-terangan ia menyatakan, “Jujur saja hati saya akan tetap condong ke timnas Indonesia.”

Namun, harapan para pendukung dan keinginan Shin Tae-yong untuk kembali menukangi timnas Indonesia tampaknya berbanding terbalik dengan sikap PSSI. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, secara tegas menyatakan bahwa peluang Shin Tae-yong untuk kembali melatih timnas Indonesia adalah nol persen. “Shin Tae-yong itu masa lalu,” tutur Erick Thohir. “Peluangnya 0 persen,” tegasnya dalam sebuah pertemuan di Jakarta pada Kamis (23/10/2025) malam.

Penolakan PSSI terhadap kembalinya Shin Tae-yong menimbulkan tanda tanya besar. Pasalnya, banyak pengamat sepak bola melihat bahwa pelatih asal Korea Selatan tersebut memiliki rekam jejak yang baik selama menangani timnas Indonesia. Bahkan di mata publik, Shin Tae-yong dianggap sebagai pelatih yang berhasil membawa perubahan positif bagi sepak bola Indonesia.

Menurut beberapa sumber, penolakan PSSI terhadap kembalinya Shin Tae-yong kemungkinan didasari oleh pertimbangan lain di luar faktor teknis. Ada indikasi bahwa PSSI ingin mencari sosok pelatih baru yang bisa membawa pendekatan berbeda untuk pengembangan sepak bola nasional ke depan.

Dengan ditutupnya kemungkinan kembalinya Shin Tae-yong, nama-nama lain mulai dipertimbangkan. Beberapa pelatih seperti Park Hang-seo, Timur Kapadze, Jesus Casas, Bernardo Tavares, Bojan Hodak, hingga Frank de Boer sempat masuk dalam daftar kandidat. Meskipun demikian, sebagian dari mereka kemungkinan sulit untuk menjadi pelatih timnas Indonesia karena berbagai alasan.

Louis van Gaal: pengalaman besar tapi realistiskah?

Salah satu nama besar yang sempat menghebohkan publik sepak bola Indonesia adalah Louis van Gaal. Pelatih kawakan asal Belanda ini dirumorkan akan menangani timnas Indonesia setelah beredarnya kabar bahwa ia akan menggelar konferensi pers penting.

Van Gaal memang sosok pelatih kelas dunia dengan rekam jejak yang sangat mentereng. Pengalamannya menangani klub-klub besar Eropa dan timnas Belanda menjadikannya salah satu pelatih paling dihormati di dunia sepak bola. Beberapa prestasi terbaiknya meliputi:

Spekulasi soal kedatangan Van Gaal ke Indonesia semakin kuat ketika jurnalis olahraga asal Spanyol, Victor Catalina, menulis “Selamat datang Louis van Gaal” dengan bendera Indonesia di bagian belakang. Rumor ini dengan cepat menyebar di media sosial dan diyakini oleh banyak netizen Indonesia.

Namun, pada kenyataannya, rumor tersebut tidak berdasar. Louis van Gaal memang menggelar konferensi pers pada Senin (20/10/2025) sore WIB, tetapi bukan untuk mengumumkan posisinya sebagai pelatih timnas Indonesia.

Konferensi pers tersebut ternyata berkaitan dengan acara amal untuk yayasan “Spieren voor Spieren” yang fokus pada penderita penyakit otot. “Dalam sebuah konferensi pers khusus, mantan pelatih nasional dan duta Spieren voor Spieren, Louis van Gaal mengungkapkan para pemain bintang yang akan tampil di ajang 3FM Serious Request 2025,” tulis NPO 3FM.

Dalam konferensi pers tersebut, Van Gaal mengumumkan para pemain yang akan tampil pada pertandingan amal di s-Hertogenbosch pada 18-24 Desember mendatang. Seluruh keuntungan dari acara 3FM Serious Request 2025 akan digunakan untuk mengobati anak-anak yang menderita penyakit otot. Di Belanda sendiri ada lebih dari 20 ribu anak yang menderita penyakit otot.

Menanggapi rumor tersebut, Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI hanya tertawa. “Kemarin ramai Van Gaal, terus Van Gaal mau adakan pengumuman hari Senin. Saya ketawa saja,” ungkapnya. Ia juga menambahkan, “Frank de Boer juga ramai diisukan, tapi sudah pasti nggak karena saya belum kontak.”

Walaupun Louis van Gaal memiliki reputasi dan pengalaman yang luar biasa, kemungkinan ia melatih timnas Indonesia sangatlah kecil. Selain faktor usia (74 tahun) dan gaji yang tentunya tidak kecil, Van Gaal saat ini bekerja sebagai penasihat di Ajax Amsterdam. Ia juga sudah tidak aktif melatih sejak meninggalkan timnas Belanda selepas Piala Dunia 2022.

Dengan demikian, meskipun nama Louis van Gaal sempat mengemuka, kandidat pelatih timnas Indonesia ini praktis sudah bisa dicoret dari daftar.

Akira Nishino: opsi Asia dengan rekam jejak kuat

Setelah isu Shin Tae-yong dan Louis van Gaal mereda, spekulasi soal siapa yang akan menukangi timnas Indonesia mulai mengerucut pada satu nama besar asal Jepang, Akira Nishino. Mantan pelatih timnas Jepang di Piala Dunia 2018 ini disebut-sebut menjadi kandidat terkuat untuk menggantikan Patrick Kluivert.

Pengamat sepak bola, Coach Justin, dalam podcast Offside Dua di kanal YouTube OFFSIDE DUA pada Jumat (17/10/2025), menyebut Jepang sebagai pasar potensial untuk figur pelatih baru. “Feeling gue sih, kemungkinan besar dari Jepang,” ujarnya.

Akira Nishino adalah sosok pelatih berpengalaman yang memiliki rekam jejak mentereng di kancah sepak bola Asia. Namanya mencuat ke panggung dunia saat sukses membawa timnas Jepang lolos hingga babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Rusia. Prestasi ini menjadi salah satu pencapaian signifikan bagi sepak bola Jepang di kancah internasional.

Sebelum menjadi pelatih kepala tim nasional, Nishino meniti karier panjang di level klub. Ia tercatat pernah menukangi enam tim berbeda dan meraih berbagai prestasi bergengsi. Puncak kejayaannya terjadi saat memimpin Gamba Osaka menjuarai Liga Champions Asia 2008, yang kemudian mengantarnya meraih gelar Pelatih Terbaik AFC 2008.

Selain itu, Akira Nishino juga mempersembahkan gelar J1 League pertama bagi Gamba Osaka pada tahun 2005. Perjalanan kepelatihannya dimulai sejak tahun 1991, saat ia fokus membangun fondasi sepak bola Jepang. Nishino juga banyak berkontribusi dalam pengembangan pemain muda dengan melatih timnas Jepang U-20 hingga U-23, sebelum naik ke tim senior.

Salah satu pencapaian legendaris Nishino adalah ketika ia membawa timnas Jepang U-23 mengalahkan Brasil 1-0 pada Olimpiade Atlanta 1996. Peristiwa ini bahkan dijuluki sebagai “Keajaiban Miami”. Saat itu, tim Brasil diperkuat oleh bintang-bintang seperti Ronaldo dan Roberto Carlos.

Yang membuat Akira Nishino semakin menarik sebagai kandidat pelatih timnas Indonesia adalah pengalamannya di kawasan Asia Tenggara. Ia pernah menangani timnas Thailand dan Thailand U-23 pada periode 2019-2021. Pengalaman ini membuat Nishino sudah memahami karakter dan iklim sepak bola di kawasan ASEAN.

Menariknya, semasa menukangi Thailand, Nishino pernah beberapa kali bersua dengan timnas Indonesia. Dalam salah satu pertemuan di SEA Games 2019, Thailand U-23 asuhan Nishino kalah 0-2 dari timnas Indonesia U-22 yang saat itu dilatih Indra Sjafri pada laga Grup B. Kekalahan tersebut bahkan berujung pada kegagalan Thailand U-23 lolos ke semifinal.

Saat ini, Akira Nishino berstatus bebas klub setelah terakhir menangani timnas Thailand hingga 2021. Status ini membuat proses negosiasi dan rekrutmen oleh PSSI kemungkinan bisa berjalan lebih lancar dibandingkan dengan pelatih yang masih terikat kontrak dengan klub atau tim nasional lain.

Dengan segudang pengalaman, filosofi modern, serta rekam jejak gemilang di Asia, Akira Nishino dinilai sebagai sosok ideal untuk membawa perubahan positif bagi Skuad Garuda. Analisnya mengenai sepak bola Asia, khususnya di kawasan ASEAN, bisa menjadi nilai tambah yang signifikan jika ia benar-benar dipercaya menukangi timnas Indonesia.

Namun,

PSSI prioritaskan pelatih dengan visi jangka panjang

Dalam mencari solusi jangka panjang, PSSI kini mengambil pendekatan berbeda untuk pemilihan pelatih baru timnas Indonesia. Tak sekadar mencari sosok pengisi kursi kosong, federasi sepak bola nasional ini menekankan pentingnya visi berkelanjutan dalam proses seleksi. Ketua Umum PSSI Erick Thohir telah menegaskan bahwa federasi tidak akan terburu-buru dalam mengumumkan pengganti Patrick Kluivert, karena ada beberapa tahap penting yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

Erick Thohir ingin reformasi menyeluruh

Setelah dua kegagalan beruntun dengan pelatih berkaliber internasional, PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir tengah menyiapkan langkah strategis untuk membangun fondasi sepak bola nasional yang lebih kuat. Erick menyatakan bahwa pihaknya belum akan mengumumkan sosok pelatih baru dalam waktu dekat karena masih memerlukan waktu untuk konsolidasi dua hal penting. “Saya masih perlu waktu konsolidasi dua hal,” kata Erick di Jakarta pada Kamis, 23 Oktober 2025.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa PSSI sedang dalam masa transisi penting, yang menandai arah pembangunan berkelanjutan alih-alih hanya mengejar pencapaian jangka pendek. Hal ini menjadi bukti bahwa pergantian pelatih kali ini bukan sekadar rutinitas pergantian figur, melainkan bagian dari upaya reformasi menyeluruh dalam tubuh PSSI.

“Ini adalah masa transisi yang penting, bukan sekadar pergantian pelatih. Kami ingin memastikan arah pembangunan Timnas Indonesia berlangsung berkelanjutan, bukan hanya mengejar hasil instan,” ujar Erick Thohir dalam pernyataannya.

Selain itu, Erick Thohir juga menekankan bahwa PSSI tetap berkomitmen menjalankan program jangka panjang (long-term program) bagi pengembangan timnas Indonesia. “Apa yang terjadi kemarin itu bagian dari bentuk hasil yang harus kita tanggung jawab,” ucapnya. Komitmen ini menunjukkan bahwa PSSI tidak ingin terjebak dalam pola pikir jangka pendek yang selama ini kerap menjadi kritik dari berbagai kalangan.

Sementara itu, Erick juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas dan kesinambungan dalam program pembinaan sepak bola nasional. “Kita ingin membangun sistem, bukan sekadar mengganti orang. Pelatih baru nanti harus sejalan dengan visi besar PSSI untuk pembinaan berjenjang,” ujar Erick Thohir.

Langkah reformasi menyeluruh ini juga terlihat dari upaya PSSI untuk membangun sistem kepelatihan berjenjang di Indonesia. Erick mengakui bahwa tantangan terbesar federasi adalah membangun struktur pelatih yang jelas dan konsisten. Menurutnya, sempat ada kemajuan di era Patrick Kluivert ketika struktur pelatih mulai terbentuk dengan lebih jelas, namun karena hasil tidak sesuai harapan, sistem tersebut kembali terguncang.

“Zamannya Patrick kita mulai bisa bikin strata, tapi itu pun akhirnya gagal. Jadi sekarang ya, pusing juga karena harus bangun lagi dari awal,” kata Erick. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa PSSI sedang berupaya membangun ulang fondasi sistem kepelatihan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Salah satu bukti keseriusan PSSI dalam melakukan reformasi menyeluruh adalah komitmennya pada cetak biru pembangunan sepak bola nasional yang sudah dipresentasikan ke FIFA, dengan target jangka panjang menuju Piala Dunia 2034. Erick menilai regenerasi pemain sudah cukup baik, namun masih membutuhkan kesinambungan di level pelatih.

Oleh karena itu, dalam masa transisi ini, Erick meminta publik sepak bola Indonesia untuk “move on” dari isu kembalinya Shin Tae-yong sebagai pelatih timnas Indonesia. Ia menegaskan bahwa federasi saat ini tengah fokus mencari pelatih baru yang bisa membawa program jangka panjang dan menjaga stabilitas sepak bola nasional.

“Kita mesti move on,” tegas Erick dengan nada ringan namun bermakna dalam: Indonesia harus melangkah ke depan tanpa bayang-bayang Shin Tae-yong. Ucapan tersebut menegaskan sikap PSSI yang tidak ingin terus terjebak dalam nostalgia masa lalu, melainkan fokus pada upaya membangun masa depan sepak bola Indonesia yang lebih baik.

Kriteria pelatih: pengalaman internasional dan adaptif

Dalam upaya mencari sosok yang tepat untuk menggantikan Patrick Kluivert, PSSI telah menetapkan sejumlah kriteria khusus yang harus dimiliki oleh kandidat pelatih timnas Indonesia. Kriteria ini disusun berdasarkan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja pelatih-pelatih sebelumnya, termasuk Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert.

Erick Thohir mengungkapkan bahwa PSSI saat ini sedang mencari pelatih dengan profil yang tepat setelah mengevaluasi kekurangan dan kelebihan dua pelatih terakhir. “Kami lagi mencari profil yang pas. Kita lihat Shin Tae-yong, kita lihat Patrick, kekurangan dan kelebihannya apa. Kalau bisa, dibetulkan di pelatih berikutnya,” ujarnya.

Sebagai langkah awal, PSSI sedang menyusun kriteria teknis dan psikologis untuk memastikan pelatih baru dapat membawa kesinambungan pembangunan sepak bola nasional. “Kami tidak ingin tergesa-gesa. Fokus utama kami adalah mencari pelatih yang tidak hanya berpengalaman, tetapi juga memahami visi jangka panjang sepak bola Indonesia,” ujar Erick Thohir saat ditemui di Kantor PSSI, Jakarta.

Selain itu, pengamat sepak bola nasional Indra Maulana menilai bahwa pilihan pelatih akan sangat menentukan arah pembinaan tim di masa depan. “Setelah Kluivert, publik berharap PSSI tidak sekadar mencari nama besar. Pelatih baru harus punya pemahaman mendalam soal kultur sepak bola Indonesia dan kesiapan membangun sistem jangka panjang,” ujarnya kepada Gakorpan News.

Secara lebih spesifik, salah satu kriteria utama yang ditetapkan PSSI adalah sosok pelatih yang dihormati oleh pemain diaspora. Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, menyebut pentingnya sosok pelatih yang dihormati para pemain diaspora mengingat cara berpikir mereka yang cenderung Eropa.

“Ketum (PSSI) (Erick Thohir) ini kan (pernah) mengelola klub Eropa yang di Serie A (Inter Milan). Pemain-pemain diaspora kita itu cara berpikirnya kan cara berpikir Eropa. Melihat tim pun Eropa,” kata Arya kepada wartawan.

Arya juga menyinggung soal leadership pelatih yang menjadi kriteria penting lainnya. Menurutnya, ada perbedaan gaya sepak bola antara Eropa dengan Indonesia yang harus dipahami oleh calon pelatih. “Coba lihat kenapa di Eropa itu disebut pelatih itu manajer, oh ternyata ada pelatih teknikalnya. Itu di Eropa terjadi, jadi harus ada leadership di sana,” ujarnya.

PSSI pun berharap pelatih baru bisa bekerja sama dengan pemain dari Belanda yang kini banyak memperkuat Skuad Garuda. “Maka dicari pelatih yang punya leadership, yang pemain diaspora kita itu sangat hormat. Dan pemain-pemain diaspora kita semakin lama levelnya semakin tinggi. Mereka butuh pelatih yang mereka dengarkan,” tutur Arya.

Sementara itu, dua legenda sepak bola Tanah Air, Atep Rizal dan Ismed Sofyan, juga memberikan pandangan mereka mengenai kriteria ideal yang harus dimiliki oleh arsitek baru timnas. Mereka menegaskan bahwa pelatih baru tidak cukup hanya berbekal nama besar, melainkan harus memenuhi dua syarat mutlak: karakter kuat dan pemahaman mendalam terhadap kualitas pemain.

Ismed Sofyan, legenda Persija Jakarta, menyampaikan bahwa seorang pelatih harus memiliki karakter yang kuat, meskipun ia dari luar Asia. “Pelatih itu kan semua harus punya karakter. Memang benar kita butuh pelatih yang tahu karakter, kultur, budaya kita, tapi sekarang eranya sudah berubah. Kita punya banyak pemain diaspora dan pemain lokal,” jelas Ismed.

“Jadi saya pikir siapa pun yang menjadi pelatih, harus punya role model yang benar-benar bisa jadi contoh,” tambah Ismed, yang tercatat memiliki 53 caps bersama Timnas Indonesia.

Senada dengan Ismed, Atep Rizal menyoroti pentingnya karakter pelatih dalam menjaga keharmonisan di ruang ganti pemain. Atep secara spesifik menyebut bahwa pelatih dari Eropa mungkin bisa memenuhi kriteria ini, sambil berharap pelatih dari benua biru tersebut dapat membawa kesuksesan menuju mimpi besar Piala Dunia.

“Itu tadi yang dikatakan benar, role model. Yang penting bisa menjaga suasana ruang ganti, lalu juga bisa berkomunikasi dengan baik,” kata Atep.

Atep kemudian menambahkan kriteria kunci lainnya: pemahaman terhadap kualitas individu pemain. Ia memperingatkan, seorang pelatih—sekalipun memiliki nama besar dunia—akan menemui kegagalan jika tidak mampu memahami kekuatan dan kelemahan skuadnya serta lawan yang dihadapi.

“Kalau nggak paham (kualitas pemain), kita lawannya si A, terus kita mainnya menyerang, contohnya, [dan] kalah. Berarti kan si pelatih itu tidak paham bahwa kualitas pemain kita, kualitas pemain lawan seperti apa. Harus paham dulu kualitas pemain kita,” tandasnya.

Kriteria lain yang juga menjadi perhatian adalah pemahaman yang baik tentang kompetisi sepak bola di Asia. Pelatih tidak hanya sekedar memiliki keahlian, tetapi juga harus mengerti cara bermain, sifat lawan, dan dinamika persaingan di kawasan tersebut.

Untuk timnas Indonesia, tujuan meraih kejuaraan regional dan Piala Dunia tidak bisa terpisah dari kenyataan persaingan di Asia. Jika pelatih tidak menguasai ‘taktik Asia’, maka timnas akan terus mengalami kesulitan.

Selain itu, pelatih yang ideal sebaiknya tinggal di Indonesia selama masa tugasnya. Hal ini penting karena jarak, waktu, dan interaksi sehari-hari memiliki dampak besar dalam pembentukan tim. Pelatih yang lebih sering berada di luar negeri atau jarang ke Indonesia mungkin kehilangan pemahaman tentang perubahan yang terjadi di liga, kondisi pemain, dan konteks lokal.

Peran jaringan internasional PSSI dalam seleksi

Dalam proses pencarian pelatih baru untuk timnas Indonesia, PSSI tidak bergerak sendiri. Federasi sepak bola nasional ini memanfaatkan jaringan internasional yang dimilikinya untuk menemukan sosok yang tepat. Erick Thohir, yang juga pernah memiliki klub sepak bola di Eropa (Inter Milan), menggunakan koneksi dan pengalamannya untuk membangun kembali kepercayaan terhadap sepak bola Indonesia di mata internasional.

Menurut Erick, PSSI saat ini sedang menjalin komunikasi dengan sejumlah pihak internasional untuk membangun kembali kepercayaan terhadap sepak bola Indonesia. “Saya lagi coba buka komunikasi ke banyak pihak. Jangan sampai persepsi yang terjadi beberapa kali terakhir ini mempersulit posisi kita mencari pelatih. Karena kita mesti sadar, ranking kita masih rendah,” ujar Erick.

Erick mengakui situasi tersebut turut

Kesimpulan

Perburuan pelatih baru timnas Indonesia jelas menjadi tantangan besar bagi PSSI. Ketiga nama asing yang masuk radar—Shin Tae-yong, Louis van Gaal, dan Akira Nishino—memiliki kualifikasi dan pengalaman yang berbeda untuk menukangi Skuad Garuda. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan PSSI dengan berbagai pertimbangan yang kompleks.

Meskipun dukungan publik untuk Shin Tae-yong sangat kuat, PSSI tampaknya sudah menutup pintu untuk pelatih Korea Selatan tersebut. Sementara itu, Louis van Gaal, meski memiliki reputasi mendunia, hampir pasti bukan pilihan realistis mengingat statusnya saat ini. Akira Nishino dengan pengalaman luas di kawasan Asia, termasuk di Asia Tenggara, mungkin menjadi kandidat paling masuk akal diantara ketiga nama tersebut.

Tentu saja, PSSI tidak boleh tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. FIFA Matchday November 2025 memang mendekat, tetapi visi jangka panjang dan reformasi menyeluruh harus tetap menjadi prioritas utama. Erick Thohir sendiri telah menegaskan bahwa PSSI membutuhkan waktu untuk konsolidasi sebelum mengumumkan sosok pelatih baru.

Sesungguhnya, kriteria pelatih yang ditetapkan PSSI—memiliki pengalaman internasional, adaptif terhadap sepak bola Asia, dan mampu bekerja sama dengan pemain diaspora—menunjukkan keseriusan federasi dalam membangun fondasi kuat untuk sepak bola Indonesia. Terlepas dari siapapun yang nantinya terpilih, yang terpenting adalah komitmen untuk membangun sistem berkelanjutan demi kemajuan sepak bola nasional.

Masyarakat sepak bola Indonesia harus bersabar. Walau kegagalan di Kualifikasi Piala Dunia 2026 meninggalkan luka, kita patut tetap optimis menatap masa depan. Bagaimanapun juga, langkah PSSI kali ini akan sangat menentukan arah pengembangan sepak bola Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Harapannya, pelatih baru yang terpilih bukan sekadar pengisi kursi kosong, melainkan sosok visioner yang mampu membawa sepak bola Indonesia mencapai kejayaan di kancah internasional.

Exit mobile version