
Beberapa tahun terakhir, kita sangat sering sekali mendengar istilah cashless society. Secara sederhana bisa diartikan sebagai masyarakat tanpa uang tunai. Tentu latar belakangnya didasarkan pada perkembangan teknologi keuangan yang cukup masif terjadi berapa tahun terakhir.
Sebut saja ada teknologi kredit card, debit card, dompet digital, dan yang terbaru ada teknologi QRIS. Metode pembayaran tersebut mengubah cara masyarakat dalam melakukan transaksi.
Hal ini memungkinkan masyarakat untuk melakukan transaksi tanpa harus menggunakan uang tunai. Tapi dari berbagai fakta tersebut, muncul pertanyaan besar ‘apakah ke depan uang tunai benar-benar akan hilang?’
Transformasi di sektor keuangan Indonesia memang bisa dikatakan berlangsung sangat cepat. Kemunculan teknologi digital Ternyata mentransformasi banyak bidang dalam kehidupan termasuk juga keuangan.
Jika dulu kita harus pergi ke ATM untuk mengambil uang jika mau belanja, sekarang bisa langsung bayar pakai e-money/ uang elektronik non cash. Kita bisa melihat evolusi pesat menuju cashless ini terjadi di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
Teknologi pertama dalam sektor keuangan yang mencoba untuk meminimalisir penggunaan uang tunai adalah kartu kredit dan juga kartu debit. Salah satu pemain utamanya yaitu ada visa dan juga MasterCard. Mereka menawarkan kartu ATM yang bisa digunakan untuk pembayaran tanpa harus menarik terlebih dahulu uang cash.
Selanjutnya pada tahun 2019 muncul teknologi di Indonesia yaitu tcash. Teknologi yang dikembangkan oleh Telkomsel ini memungkinkan para pengguna untuk melakukan pembayaran hanya dengan melakukan Tap menggunakan alat khusus yang ditempel di belakang handphone untuk kebutuhan pembayaran. Teknologi yang digunakan adalah Radio Frequency Identification (RFID).
Selanjutnya ada juga teknologi keuangan yang muncul dan banyak digunakan adalah penggunaan dompet digital atau e-wallet. Ada banyak sekali yang saat ini tersedia mulai dari go-pay, DANA, ovo, dan banyak lagi lainnya. Proses transfer dan Cara TopUp Saldo Online eWallet ini juga sangat mudah bisa para pengguna lakukan. Transaksinya lebih cepat dan real Time.
Kemudian teknologi keuangan paling baru di Indonesia yaitu ada Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Ini terobosannya dari Indonesia yang cukup booming dan bahkan ditakuti oleh beberapa negara di luar negeri. Amerika pun memberikan hukuman tarifs bagi Indonesia salah satu diantaranya karena penggunaan teknologi QRIS, yang berhasil menggeser VISA / masterCard.
Kalau kita cek dan perhatikan berdasarkan data dan fakta terbaru mengenai kondisi cashless Society di Indonesia, ada berbagai hal mencengangkan. Kondisi masyarakat Indonesia saat ini apalagi sudah didominasi oleh bonus demografi generasi milenial dan genZ yang mana mereka sangat tinggi tingkat literasi digitalnya.
Oleh karenanya perkembangan dunia keuangan terjadi dengan begitu cepat di mana Banyak bermunculan teknologi terbaru yang canggih dan kekinian. Adapun Beberapa fenomena dan fakta datanya adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data terbaru pada Januari 2025 lalu diketahui bahwa nilai transaksi menggunakan QRIS di Indonesia sudah mencapai 80 Triliun Rupiah dengan 790 juta transaksi. Selain itu, ekspansi yang dilakukan oleh indonesia dalam membumikan QRIS juga sangat optimal, apalagi sekarang tidak hanya bisa digunakan di Indonesia melainkan juga sudah bisa digunakan beberapa negara di luar negeri.
Fenomena selanjutnya kita bisa lihat berdasarkan data survei dari visa yang menunjukkan bahwa 93% masyarakat telah menggunakan dompet digital atau pembayaran menggunakan scan QR Code.
Apalagi ada juga data yang menunjukkan bahwa sejak pandemi covid, kepemilikan rekening naik sebesar 76% pada 2022 dan tercatat juga ada 70% masyarakat aktif menggunakan E-WALLET.
Berdasarkan data, pengguna paling banyak berdasarkan data dari adalah kalangan pengguna GoPay, OVO, LinkAja, DANA, dan ShopeePay.
Pemerintah Indonesia memang cukup serius dalam mengembangkan hasil pengembangan teknologi QRIS yang dibuatnya, salah satu faktanya adalah adanya ekspansi lintas negara (Cross-Border). Berdasarkan informasi terbaru, diketahui bahwa QRIS kini dapat digunakan di Thailand, Malaysia, Singapore, dan mulai Jepang sejak Agustus 2025.
Berbagai fakta tersebut menunjukkan bahwa kondisi dari cashless Society di Indonesia memang dalam status berkembang dengan laju yang cukup tinggi. Bahkan berbagai kebijakan juga sangat mendukung termasuk adanya GMKP (GPN/QRIS Tap) dari pemerintah dan BI mendorong ekosistem pembayaran digital yang luas.
Setiap teknologi apapun itu pasti akan selalu ada dampak baik positif ataupun juga negatif. Termasuk juga teknologi cashless ini, yang mana pasti memiliki sisi baik dan juga sisi buruk. Kita sebagai pengguna wajib mengetahui hal itu agar bisa lebih bijak dalam menggunakannya. Berikut beberapa diantaranya;
Dampak positif teknologi cashless
Dampak negatif teknologi cashless
Jadi meskipun teknologi cashless ini membawa banyak kemudahan bagi masyarakat, kita juga sebagai pengguna harus bisa menyeimbangkannya.
Pemerintah juga bertugas untuk melakukan melakukan pemerataan infrastruktur agar transisi ini benar-benar inklusif dan aman. Sekaligus di samping itu, fokus utama dari pemerintah dan Para pemilik teknologi tersebut untuk fokus melakukan perlindungan konsumen.
Selanjutnya kemudian hal yang jadi pertanyaan besar banyak orang di Indonesia saat ini adalah apakah uang tunai akan benar-benar hilang? Berbagai pendapat ahli tentang hal itu, disebutkaan bahwa uang tunai tidak akan sepenuhnya hilang. Masih terdapat berbagai masalah di Indonesia yang belum memungkinkan inovasi cashless ini berjalan 100%.
Misalnya kendalanya ada pada ekosistem digital yang belum terbentuk sepenuhnya. Hal itu karena adanya keterbatasan infrastruktur internet di seluruh wilayah Indonesia.
Di samping itu inklusi keuangan pada masyarakat juga nilainya masih berjalan lambat. Belum lagi di samping itu berbagai ketakutan di kalangan masyarakat seperti internet atau listrik mati, juga membayangi penerapan cashless ini.
Di beberapa pasar tradisional di daerah, tentunya penggunaan uang cash masih menjadi pilihan yang paling utama. Kelompok usia lanjut di masyarakat juga pastinya jadi pihak yang memiliki literasi keuangan rendah sehingga kurang akrab dengan teknologi tersebut sehingga penggunaan uang cash masih menjadi pilihan utama.
Dengan demikian, sepertinya masa depan dari sistem pembayaran dan keuangan di Indonesia akan berbentuk ekosistem hybrid. Artinya selain penggunaan transaksi digital yang mendominasi, namun penggunaan dari uang tunai juga tetap jadi pilihan masyarakat sebagai pelengkapnya.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.