Jakarta, 2 9Oktober 2025 – Kabar kurang sedap datang dari lantai bursa. Harga saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) terus menunjukkan pelemahan signifikan. Anjloknya harga saham ini diduga kuat dipicu oleh sentimen negatif ganda: konfirmasi ketidakterlibatan perusahaan dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang tengah gencar, serta penampikan partisipasi dalam skema pendanaan besar, Patriot Bonds.
Padahal, TBS Energi Utama (TOBA) dikenal sebagai salah satu emiten yang tengah gencar bertransisi menuju energi bersih. Lalu, mengapa keputusan untuk tidak terlibat dalam dua mega proyek ini justru membuat investor kecewa dan menekan harga sahamnya?
Mengenal Lebih Dekat TBS Energi Utama (TOBA)
Sebelum kita bedah lebih jauh, ada baiknya kamu mengenal dulu profil perusahaan ini. TBS Energi Utama bergerak di bidang apa?
Awalnya, TOBA dikenal sebagai pemain besar di sektor pertambangan batu bara dan pembangkit listrik konvensional. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, TOBA telah mengambil langkah strategis yang agresif untuk bertransformasi.
Saat ini, TBS Energi Utama (TOBA) adalah perusahaan energi terintegrasi yang fokus pada pengembangan energi bersih dan terbarukan (EBT), pengelolaan limbah (termasuk waste-to-energy), dan kendaraan listrik (melalui Electrum, joint venture dengan GoTo). Komitmen ini tertuang jelas dalam roadmap mereka yang ambisius: mencapai netralitas karbon pada tahun 2030.
Untuk menunjukkan keseriusan ini, TBS Energi Utama Sustainability Report secara rutin dipublikasikan, memaparkan kemajuan transisi, mulai dari divestasi aset batu bara hingga ekspansi ke energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung. Dengan ambisi sehijau itu, anjloknya saham akibat ketidakterlibatan dalam proyek hijau tentu memunculkan pertanyaan besar di kalangan investor.
(Catatan: Informasi mengenai TBS Energi Utama Alamat dapat kamu temukan di Kantor Pusat mereka di Jakarta, yang terdaftar di situs resmi perusahaan).
Analisis Dampak Ketidakterlibatan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Sektor pengelolaan sampah menjadi energi listrik (Waste-to-Energy atau WTE) sedang menjadi primadona. Proyek PLTSa dianggap sebagai solusi dua masalah sekaligus: penumpukan sampah perkotaan yang kritis dan kebutuhan energi bersih. Pemerintah pun makin mendorong percepatan proyek ini.
Lalu, di mana posisi TOBA?
TOBA sebenarnya sudah masuk ke bisnis pengelolaan limbah. Perusahaan telah mengakuisisi perusahaan pengelolaan limbah di Singapura, memperkuat anak usaha di Indonesia, Arah Environmental. Mereka juga menyatakan minat untuk mengkaji sejumlah proyek PLTSa potensial.
Namun, kabar yang beredar di pasar merujuk pada ketidakterlibatan TOBA dalam proyek PLTSa yang dikelola oleh entitas tertentu, seperti Danantara, yang menjadi sorotan utama.
Dampak Pasar:
- Opportunity Loss (Peluang yang Hilang): Pasar melihat proyek PLTSa yang besar sebagai peluang cepat untuk meningkatkan pendapatan berbasis EBT dan mempercepat pemenuhan target netralitas karbon.
- Kekhawatiran Laggard: Ketika emiten lain mulai menyatakan keterlibatan, ketidakhadiran TOBA dalam tender atau proyek besar ini menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka akan tertinggal dari kompetitor di segmen WTE domestik.
- Sentimen Transisi Energi: Bagi investor yang sangat berorientasi pada aspek Environmental, Social, and Governance (ESG), ketidakterlibatan dalam proyek energi terbarukan yang sedang hype dianggap mengurangi nilai green premium saham.
Meskipun TOBA melalui manajemen telah mengonfirmasi bahwa mereka terus mengevaluasi peluang WTE, penolakan untuk ikut dalam proyek tertentu yang menjadi headline telah memicu aksi jual jangka pendek.
Dampak Sentimen Patriot Bonds
Selain isu PLTSa, harga saham TOBA juga tertekan oleh klarifikasi terkait Patriot Bonds.
Apa itu Patriot Bonds? Patriot Bonds adalah instrumen obligasi yang diluncurkan oleh Danantara, yang bertujuan menggalang dana super besar, kabarnya hingga puluhan triliun rupiah, untuk membiayai proyek-proyek sosial-ekonomi strategis, termasuk pengembangan proyek waste-to-energy (WTE). Obligasi ini menjadi perhatian karena dikabarkan diborong oleh sejumlah konglomerat besar.
Isu dan Klarifikasi: Pasar sempat mengaitkan TOBA—mengingat ambisinya di WTE—dengan potensi mendapatkan pendanaan dari skema Patriot Bonds. Harapannya, dana super-murah ini bisa mempercepat ekspansi TOBA di bisnis hijau.
Namun, manajemen TOBA dengan tegas membantah keterlibatan dalam penerbitan maupun pembiayaan yang bersumber dari Patriot Bonds tersebut.
Dampak Pasar:
- Kehilangan Akses Pendanaan Murah: Investor kecewa karena TOBA tidak memanfaatkan skema pendanaan skala besar yang berpotensi memiliki kupon rendah, yang bisa menekan biaya modal (Cost of Capital) untuk proyek-proyek hijaunya.
- Isu Kepercayaan: Spekulasi yang tidak terkonfirmasi terkait pendanaan besar ini dapat mengurangi tingkat kepercayaan (Trustworthiness) investor ritel, yang kemudian berujung pada aksi profit taking atau bahkan cut loss.
Proyeksi dan Komentar Analis
Para analis pasar modal cenderung melihat penurunan harga saham TBS Energi Utama sebagai reaksi pasar yang berlebihan dan jangka pendek terhadap sentimen, bukan fundamental perusahaan.
Poin-Poin Utama Analis:
- Fokus Bisnis yang Lebih Luas: Analis menekankan bahwa bisnis transisi energi TOBA tidak hanya bergantung pada satu proyek PLTSa domestik atau satu skema obligasi saja. Fokus utama mereka adalah ekosistem kendaraan listrik (Electrum), PLTS terapung besar, dan pengelolaan limbah regional (Singapura dan Asia Tenggara).
- Selektif dalam Proyek: Keputusan TOBA untuk tidak terlibat dalam proyek tertentu bisa jadi adalah langkah kehati-hatian dalam memilih proyek yang feasible secara finansial dan sustainable dalam jangka panjang. Prinsip Expertise dan Authoritativeness ditunjukkan saat perusahaan lebih memilih jalur ekspansi yang terukur.
- Valuasi Menarik: Penurunan harga saham akibat sentimen seringkali membuat valuasi TOBA menjadi lebih menarik (undervalued) bagi investor jangka panjang yang percaya pada TBS2030 Roadmap menuju netralitas karbon.
Kesimpulan
Anjloknya harga saham TBS Energi Utama (TOBA) adalah kasus klasik di mana sentimen pasar jangka pendek mengalahkan fundamental dan strategi jangka panjang perusahaan. Kekalahan sentimen datang dari dua sisi:
- Peluang Bisnis: Pasar kecewa karena TOBA tidak memenangkan atau tidak ikut dalam proyek PLTSa yang sedang trending.
- Peluang Pendanaan: Pasar kehilangan harapan akan adanya injeksi dana Patriot Bonds yang super besar dan murah.
Namun, sebagai investor yang bijak, kamu harus melihat gambaran besarnya. TOBA tetap berkomitmen pada transisi energi melalui diversifikasi ke kendaraan listrik dan pengelolaan limbah regional.
Penurunan harga ini bisa menjadi momentum bagi investor yang memiliki Experience dan Expertise untuk mengamati apakah strategi jangka panjang perusahaan (yang terukur dan selektif) akan menghasilkan imbal hasil yang lebih baik daripada mengejar hype proyek-proyek yang belum tentu menguntungkan.

