
NTB kini menjadi laboratorium nyata pembangunan nasional yang menggabungkan percepatan pembangunan dengan tantangan kerentanan geografis. Sebagai wilayah yang strategis antara Bali dan Nusa Tenggara Timur, NTB menawarkan kondisi ideal untuk eksperimen berbagai model pembangunan nasional.
Melalui Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-19 yang berlangsung pada 6-8 November 2025, kita menyaksikan bagaimana daerah ini menjadi percontohan pembangunan nasional pertama di Indonesia.
Dalam konteks sistem perencanaan pembangunan nasional, NTB menghadapi tantangan besar terhadap risiko bencana alam. Oleh karena itu, tujuan pembangunan nasional di wilayah ini tidak hanya berfokus pada infrastruktur semata, tetapi juga pada ketahanannya.
Pendekatan Engineering for Resilience bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan dalam pembangunan nasional Indonesia. Selain itu, pengertian pembangunan nasional di NTB juga diperluas, mencakup ruang eksperimen mulai dari infrastruktur jalan dan jembatan, sistem pengelolaan air, hingga kawasan ekonomi baru berbasis pariwisata, industri, dan energi terbarukan.
Dengan demikian, pembangunan strategis nasional di NTB menjadi model yang memperlihatkan bagaimana percepatan pembangunan harus dibarengi dengan ketahanan infrastruktur dan daya dukung lingkungan.
Wakil Gubernur NTB, Indah Dhamayanti Putri, secara resmi mengumumkan peran NTB sebagai ruang eksperimen pembangunan nasional pertama di Indonesia. Pernyataan penting ini disampaikan saat membuka Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS) ke-19 di Gedung Teater Ahmad Firdaus Universitas Islam Al-Azhar Mataram pada Kamis (6/11/2025).
“Ruang eksperimen pembangunan mulai dari infrastruktur jalan dan jembatan, sistem pengelolaan air, sampai pada kawasan ekonomi baru yang berbasis pariwisata, industri, dan energi terbarukan. Namun kita juga menyadari, percepatan pembangunan harus dibarengi dengan ketahanan infrastruktur dan daya dukung lingkungan kita,” tegas Indah Dhamayanti.
Konferensi bertema “Inovasi Infrastruktur Berkelanjutan untuk Mendukung Ketahanan Bencana dan Pariwisata” ini berlangsung selama tiga hari dari 6 hingga 8 November 2025. Agenda kegiatan mencakup presentasi makalah ilmiah, musyawarah nasional program studi teknik sipil, serta sosialisasi peta gempa Indonesia terbaru.
Menurut Wakil Gubernur, berbagai program strategis di NTB telah menjadi contoh penerapan inovasi sistem perencanaan pembangunan nasional di berbagai bidang. Beliau bahkan mengajak seluruh peserta konferensi untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional di NTB, yang menekankan sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan dunia akademik.
Provinsi NTB secara aktif mengimplementasikan berbagai proyek strategis yang menjadi bagian integral dalam pembangunan nasional Indonesia, dengan fokus utama pada ketahanan dan keberlanjutan. Salah satu proyek unggulan adalah Bendungan Meninting di Kabupaten Lombok Barat. Proyek senilai Rp 902 miliar ini dibangun melalui kerjasama antara Hutama Karya dan PT Bahagia Bangunnusa. Dengan area genangan seluas 46,16 hektar, bendungan ini akan melayani lima kecamatan utama dan mengairi lahan pertanian seluas 1.559 hektar, memberikan manfaat langsung kepada lebih dari 3.200 petani.
Selain itu, pemerintah NTB juga mengebut enam paket pekerjaan rekonstruksi jalan dan jembatan strategis pada tahun 2025. Proyek tersebut mencakup rekonstruksi ruas jalan Simpang Tano – Simpang Seteluk dengan nilai kontrak Rp 31,7 miliar dan pelebaran jalan Tanjung Geres – Pohgading – Pringgabaya dari 4,5 meter menjadi 6 meter.
Dalam aspek energi, NTB mengembangkan Peta Jalan 100% Energi Terbarukan untuk mewujudkan ketahanan energi yang mandiri dan berkelanjutan. Dengan potensi energi terbarukan yang melimpah seperti tenaga surya, angin, dan biomassa, provinsi ini menargetkan rasio elektrifikasi 100% dengan porsi energi terbarukan mencapai 30%.
NTB juga memperkuat implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) yang telah mencapai 56% pada tahun 2022. Pemerintah daerah telah membentuk riset center SDGs yang beranggotakan para pakar dari perwakilan perguruan tinggi di NTB untuk mempercepat pencapaian target.
Konferensi Nasional Teknik Sipil (Konteks) ke-19 di Universitas Al Azhar, Mataram, menjadi momentum penting bagi pengembangan pendekatan Engineering for Resilience dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Kegiatan yang berlangsung pada 6-8 November 2025 ini diikuti oleh ratusan peserta dari 82 program studi teknik sipil dengan 106 makalah ilmiah terdaftar.
“Engineering for resilience bukan lagi pilihan tetapi keharusan dan di sinilah para insinyur dan akademisi teknik sipil memainkan peran penting,” tegas Wakil Gubernur NTB, Indah Dhamayanti Putri. Beliau juga menekankan bahwa NTB sebagai daerah yang berada di jalur Cincin Api Pasifik menghadapi tantangan besar terhadap risiko bencana alam.
Pendekatan ini menggunakan konsep ketahanan yang menekankan kapasitas teknis dan kelembagaan dalam merespons bencana. Para akademisi dan insinyur diajak untuk mengimplementasikan metode ini dalam berbagai proyek pembangunan strategis nasional.
Selama konferensi, para peserta juga melakukan kunjungan lapangan ke Bendungan Meninting dan Kawasan Mandalika sebagai contoh nyata proyek strategis nasional dan pengembangan infrastruktur pariwisata berkelanjutan. Aktivitas ini memberikan kesempatan untuk mempelajari langsung penerapan konsep ketahanan dalam pembangunan nasional Indonesia.
Ketua Penyelenggara Konteks ke-19, Sayfuddin, berharap kegiatan ini dapat melahirkan rekomendasi kebijakan yang dapat diadopsi pemerintah serta inovasi aplikatif yang bisa diimplementasikan oleh dunia industri.
Provinsi NTB telah membuktikan diri sebagai laboratorium nyata pembangunan nasional pertama di Indonesia. Melalui berbagai proyek strategis seperti Bendungan Meninting dan rekonstruksi infrastruktur jalan, NTB menunjukkan bagaimana pembangunan dapat berjalan seimbang dengan ketahanan bencana. Terlebih lagi, posisi geografis yang strategis namun rentan terhadap bencana alam menjadikan wilayah ini tempat ideal untuk menerapkan pendekatan Engineering for Resilience.
Pada hakikatnya, model pembangunan di NTB tidak hanya berfokus pada percepatan pembangunan fisik semata. Sebaliknya, model ini menekankan pentingnya keseimbangan antara pembangunan infrastruktur, ketahanan terhadap bencana, dan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah daerah berusaha mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam setiap aspek pembangunan.
NTB juga memperlihatkan bagaimana sinergi antara pemerintah, akademisi, dan insinyur dapat mendorong inovasi dalam pembangunan nasional. Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-19 menjadi bukti nyata kolaborasi ini, dengan ratusan peserta dan puluhan makalah ilmiah yang diharapkan melahirkan rekomendasi kebijakan dan inovasi aplikatif.
Ke depannya, pengalaman NTB sebagai percontohan pembangunan nasional diharapkan dapat menjadi acuan bagi daerah lain di Indonesia. Tantangan besar memang masih harus dihadapi, terutama dalam mencapai target energi terbarukan dan elektrifikasi 100%. Namun demikian, fondasi kuat telah dibangun melalui berbagai proyek strategis dan pendekatan berbasis ketahanan.
Akhirnya, pembangunan nasional di NTB menggambarkan masa depan pembangunan Indonesia yang tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperhatikan ketahanan dan keberlanjutan. Pelajaran berharga dari model pembangunan di NTB sudah seharusnya dipelajari dan diadaptasi oleh daerah lain demi masa depan pembangunan Indonesia yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.