Nessie Judge baru-baru ini menjadi pusat kontroversi yang memanas di media sosial setelah aksi tidak sensitifnya menuai kecaman keras dari netizen, terutama dari Jepang. Salah satu postingan yang mengkritik blunder Nessie bahkan berhasil mendapatkan lebih dari 220 ribu likes, menunjukkan betapa seriusnya masalah ini dipandang oleh publik. Kami melihat bagaimana kontroversi ini menjadi perbincangan hangat di berbagai platform.
Kontroversi ini bermula ketika konten YouTube Nessie Judge menampilkan foto mendiang Junko Furuta, seorang siswi SMA yang menjadi korban pembunuhan brutal di Jepang pada tahun 1988, sebagai properti dalam video Halloween-nya bersama boygroup populer Korea, NCT DREAM. Sebagai content creator yang telah lama dikenal publik, tindakan tidak etis ini mengejutkan banyak penggemar yang selama ini mengikuti kariernya.
Meskipun Nessie Judge memiliki latar belakang keturunan yang beragam dan telah membangun nama di industri konten digital Indonesia, keputusannya untuk menggunakan foto korban kekerasan tragis sebagai properti konten dianggap sangat tidak menghormati korban dan keluarganya. Pada artikel ini, kita akan membahas secara lengkap kronologi peristiwa yang terjadi pada akhir Oktober 2025 ini, tanggapan netizen, serta konsekuensi yang harus dihadapi oleh Nessie Judge setelah kontroversi tersebut.
Nessie Judge unggah video Halloween bersama NCT Dream
Pada akhir Oktober 2025, Nessie Judge mengunggah video bertema Halloween di kanal YouTube-nya dengan judul ‘NCT DREAM di #NERROR cerita Pengalaman HORROR!’. Video ini menampilkan Nessie berbincang santai dengan beberapa anggota boygroup Korea NCT Dream, membahas pengalaman horor masing-masing. Konten ini dengan cepat mendapat perhatian luas dan viral hingga ke luar Indonesia, termasuk Jepang.
Yang menarik perhatian publik bukan hanya kolaborasi dengan grup K-pop populer tersebut, melainkan salah satu elemen dekorasi di studio Nessie. Di dinding studio yang menjadi latar belakang video, terdapat foto Junko Furuta dengan mata yang diberi sensor garis hitam. Lebih mengejutkan lagi, foto tersebut dihias dengan dekorasi sarang laba-laba, seakan menjadi bagian dari tema Halloween.
Perlu diketahui, Junko Furuta adalah korban kasus penculikan, penyiksaan, pemerkosaan, dan pembunuhan yang terjadi pada tahun 1988 di Jepang. Kasusnya dikenal sebagai salah satu kasus kekerasan paling brutal yang pernah terdokumentasi dan masih menjadi isu sensitif di Jepang.
Setelah menuai kritik tajam, video tersebut akhirnya dihapus dari YouTube. Salah satu kritik keras datang dari akun @qweenbeeval yang menyatakan bahwa penggunaan foto Junko sebagai dekorasi menyeramkan untuk episode Halloween bersama grup K-pop adalah hal yang “menjijikkan”.
Netizen Jepang hujat Nessie Judge di media sosial
Kritik terhadap Nessie Judge meledak di platform X dengan salah satu unggahan dari akun @qweenbeeval mendapat lebih dari 220 ribu likes. Pengguna media sosial Jepang berbondong-bondong mengecam tindakan Nessie yang dianggap tidak menghormati mendiang Junko Furuta, korban salah satu kasus pembunuhan paling brutal dalam sejarah negara mereka.
Akun X @wannyan329_ dari Jepang menulis, “YouTuber Indonesia, Nessie Judge, yang memiliki 11,5 juta subscriber, menggunakan foto korban Kasus Pembunuhan Junko Furuta di Tempat Pembuangan Beton dengan menambahkan garis hitam di matanya di lokasi syuting untuk proyek Halloween”. Komentar ini dengan cepat dibagikan dan mendapat dukungan dari ribuan warganet Jepang.
Meskipun Nessie mencoba menjelaskan bahwa foto tersebut adalah penghormatan bukan dekorasi Halloween, netizen Jepang menolak mentah-mentah klarifikasi tersebut. Mereka tetap menganggap tindakan Nessie sangat insensitif, terlebih karena foto itu dihias dengan dekorasi sarang laba-laba.
Beberapa komentar bahkan menyerang Indonesia secara umum. “Begitulah Indonesia. Negara tanpa etika. Mereka bahkan tidak tahu cara meminta maaf dengan benar,” tulis salah satu warganet Jepang. Kontroversi ini juga sampai ke media berita Jepang, sehingga dapat dibaca oleh masyarakat yang tidak menggunakan media sosial.
Akibatnya, citra Indonesia tercoreng di mata sebagian masyarakat Jepang. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa kontroversi ini bisa mempengaruhi sentimen negatif terhadap Korea karena keterlibatan NCT Dream dalam video tersebut.
Nessie Judge minta maaf dan hapus video
Menghadapi gelombang kritik yang terus bertambah, Nessie Judge awalnya membuat klarifikasi di kolom komentar YouTube. Ia menegaskan bahwa foto-foto yang ditempel di studionya bukan dekorasi Halloween, melainkan “bentuk penghormatan dan referensi terhadap semua segmen #NERROR”. Nessie juga menjelaskan alasan menghitamkan mata Junko sebagai “tanda rasa hormat terhadap semua korban”.
Meskipun begitu, penjelasan tersebut tidak diterima oleh netizen. Permintaan maaf awal ini dianggap tidak tulus sama sekali. Akhirnya, Nessie membuat pernyataan resmi di platform X pada 5 November 2025.
“Halo semuanya. Saya telah mendengarkan dan memahami kekhawatiran kalian terkait video yang diunggah sebelumnya. Apa yang kami anggap sebagai bentuk penghormatan, telah dikoreksi oleh semua orang sebagai tindakan yang kasar dan tidak peka. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kurangnya pertimbangan kami,” tulis Nessie Judge.
Permohonan maaf ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Sebagai tindak lanjut, video kolaborasi bersama NCT Dream tersebut telah dihapus dari YouTube. Nessie berjanji akan mengunggah kembali video tersebut setelah melalui proses pengeditan ulang oleh timnya.
Dalam unggahan lain, Nessie menyatakan, “Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada korban, keluarga korban, pemirsa dan kolaborator kami, dan semua orang. Meskipun kami tidak pernah berniat untuk menyakiti, saya mengerti bahwa dampak dari tindakan kami jauh lebih penting”.
Kesimpulan
Kasus kontroversial yang melibatkan Nessie Judge ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi semua content creator. Penggunaan foto Junko Furuta sebagai bagian dari konten Halloween tidak hanya menimbulkan kemarahan netizen Jepang, tetapi juga mencoreng citra Indonesia di mata internasional. Terlebih lagi, dampak negatif ini berpotensi menyebar ke Korea karena keterlibatan NCT Dream dalam video tersebut.
Meskipun Nessie akhirnya menghapus videonya dan menyampaikan permintaan maaf, kecaman dari warganet Jepang tetap berlanjut. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan dalam konteks budaya dan sensitivitas terhadap tragedi bisa memiliki konsekuensi jangka panjang. Undoubtedly, kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya riset mendalam sebelum membuat konten yang menyentuh isu sensitif dari negara lain.
Sepanjang perkembangan kasus ini, kami melihat bagaimana media sosial bisa menjadi alat penyebaran kritik yang sangat cepat dan luas. Hanya dalam beberapa hari, kontroversi ini telah menyebar ke berbagai platform dan bahkan diliput oleh media berita Jepang.
Pada akhirnya, janji Nessie untuk mengedit ulang dan mengunggah kembali video kolaborasinya dengan NCT Dream mungkin akan membantu meredakan situasi. Nevertheless, citra profesionalnya sebagai content creator telah terguncang. Kasus ini menjadi pengingat tegas bagi semua pembuat konten tentang tanggung jawab mereka terhadap sensitivitas budaya, penghormatan terhadap korban tragedi, dan dampak global dari konten yang mereka buat.

