Site icon ViralNih.com

Fenomena Supermoon Langka Muncul di Langit Indonesia Malam Ini

Fenomena Supermoon Langka Muncul di Langit Indonesia Malam Ini

Fenomena Supermoon Langka Muncul di Langit Indonesia Malam Ini

Fenomena supermoon langka akan menyapa langit Indonesia malam ini, menawarkan pemandangan bulan yang tampak 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibandingkan purnama biasa. Malam ini, kita berkesempatan menyaksikan bulan berada pada jarak yang sangat dekat dengan Bumi, kurang dari 357.000 kilometer. Jarak pastinya adalah sekitar 356.980 kilometer, dengan ukuran semi-diameter bulan mencapai 16 menit 43,87 detik busur.

Apa itu supermoon? Peristiwa alam ini terjadi ketika fase purnama bertepatan dengan perigee, yaitu titik terdekat bulan dengan Bumi dalam orbitnya. Bulan supermoon dapat terjadi 3-4 kali dalam setahun, tergantung posisi orbit bulan. 

Namun, fenomena alam supermoon kali ini istimewa karena akan menjadi jarak terdekat Bumi-Bulan sepanjang tahun 2025, tepatnya 356.833 kilometer. 

Selain itu, kabar baiknya adalah seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan fenomena bulan ini dengan mata telanjang jika cuaca cerah, dengan puncak penampakan pada pukul 20.19 WIB.

BMKG umumkan waktu puncak supermoon malam ini

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis informasi resmi mengenai fenomena supermoon yang akan muncul malam ini. Berdasarkan data yang diunggah melalui akun Instagram resmi @infoBMKG, fase puncak purnama akan terjadi tepat pada pukul 20.19 WIB. Pihak BMKG menekankan bahwa masyarakat dapat mulai mengamati fenomena ini setelah bulan terbit pada sore menjelang malam.

Pada saat fase purnama tersebut, jarak Bumi-Bulan mencapai 356.980 kilometer dengan ukuran semi-diameter bulan sebesar 16 menit 43,87 detik busur. Namun, titik terdekat sebenarnya (perigee) akan tercapai keesokan harinya pada 6 November 2025 pukul 05.28 WIB, dengan jarak yang lebih dekat lagi yaitu 356.833 kilometer.

BMKG juga menjelaskan bahwa fenomena supermoon kali ini menjadi yang terdekat sepanjang tahun 2025. Jika dibandingkan dengan purnama yang terjadi pada 13 April 2025 lalu, ukuran penampakan bulan malam ini akan tampak sekitar 14% lebih besar.

Secara ilmiah, fenomena supermoon terjadi karena bulan tidak mengelilingi bumi dalam bentuk lingkaran sempurna, melainkan berbentuk oval seperti lingkar telur. BMKG menekankan bahwa fenomena ini merupakan peristiwa alami yang rutin terjadi beberapa kali dalam setahun, meskipun posisi terdekat seperti yang terjadi pada 5-6 November 2025 ini tergolong langka.

Ilmuwan jelaskan kenapa supermoon tampak lebih besar dan terang

Para ilmuwan telah lama memahami alasan ilmiah di balik fenomena supermoon. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh astrolog Richard Nolle pada tahun 1979, meskipun secara astronomi dikenal sebagai “perigee-syzygy of the Earth–Moon–Sun system”.

Penjelasan utama mengapa bulan tampak lebih besar terletak pada orbit bulan yang berbentuk elips, bukan lingkaran sempurna. Akibatnya, jarak bulan ke bumi selalu berubah-ubah sepanjang siklus orbitnya yang berlangsung 27 hari. Secara rata-rata, jarak bulan dari bumi adalah sekitar 384.400 kilometer. Namun, ketika berada di titik terdekat (perigee), jarak ini menyusut hingga sekitar 356.000 kilometer. Sebaliknya, pada titik terjauh (apogee), jarak melebar hingga sekitar 406.000 kilometer.

Jarak yang lebih dekat ini menyebabkan diameter tampak bulan menjadi sekitar 14% lebih besar dan kecerahan meningkat hingga 30% dibandingkan saat purnama biasa. Untuk supermoon 5 November 2025, jarak bulan sekitar 356.980 kilometer, dengan diameter tampak diprediksi mencapai 33,47 menit busur, dibanding rata-rata normal 31 menit busur.

Selain itu, terdapat fenomena “ilusi bulan” yang mempertegas penampakan supermoon. Ketika bulan berada rendah di cakrawala, otak manusia membandingkannya dengan objek di sekitar seperti pepohonan atau gedung, sehingga bulan terlihat jauh lebih besar.

Ahli bantah mitos bencana akibat fenomena bulan supermoon

Berbagai mitos dan spekulasi tentang hubungan fenomena supermoon dengan bencana alam telah dibantah tegas oleh para ahli. Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, menegaskan bahwa secara umum fenomena supermoon bukan pemicu bencana seperti yang dikhawatirkan sebagian masyarakat. “Secara umum supermoon bukan pemicu bencana,” tegas Thomas.

Pakar gempa dari Puslit Geoteknologi LIPI, Danny Hilman Natawidjaja, juga menyatakan tidak ada bukti ilmiah yang menghubungkan supermoon dengan bencana khususnya gempa dan tsunami. “Tak ada dasar ilmiah yang jelas, selain hanya gravitasi bulan yang sedikit lebih besar dari biasanya,” jelasnya.

Ilmuwan NASA, Jim Garvin, menambahkan bahwa efek supermoon terhadap Bumi sangat kecil. “Menurut studi detail para seismolog dan vulkanolog, kombinasi antara supermoon dan bulan purnama tidak mempengaruhi energi internal keseimbangan di Bumi,” ujarnya.

Meskipun demikian, pengaruh gravitasi Bulan memang menyebabkan pasang air laut lebih tinggi dari biasanya, dengan kenaikan sekitar 10-30 sentimeter dibanding pasang normal. Ketua Lembaga Falakiyah PWNU Jawa Tengah, KH Basthoni, bahkan melihat supermoon sebagai kesempatan baik untuk edukasi ilmu falak dan literasi astronomi.

Pegiat astronomi Avivah Yamani menambahkan, “Kenyataannya efek dari bulan saat di perigee itu masih terhitung lemah,” dengan bukti kenaikan pasang air laut yang hanya beberapa sentimeter.

Kesimpulan

Fenomena supermoon yang muncul malam ini memberikan kesempatan langka bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati keindahan alam semesta. Bulan yang tampak 14% lebih besar dan 30% lebih terang dari biasanya tentu menjadi pemandangan yang sayang untuk dilewatkan. Meskipun demikian, penting untuk dipahami bahwa peristiwa ini merupakan bagian dari siklus alami pergerakan Bulan mengelilingi Bumi.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jarak Bulan-Bumi pada peristiwa supermoon kali ini mencapai titik terdekat sepanjang tahun 2025, yaitu sekitar 356.980 kilometer. Para ilmuwan telah memberikan penjelasan ilmiah mengenai mengapa bulan tampak lebih besar dan terang, yakni karena orbit bulan yang berbentuk elips, bukan lingkaran sempurna.

Terlebih lagi, berbagai mitos yang menghubungkan supermoon dengan bencana alam telah dibantah oleh para ahli. Faktanya, pengaruh supermoon terhadap Bumi sangatlah kecil, hanya menyebabkan pasang air laut sedikit lebih tinggi dari biasanya, sekitar 10-30 sentimeter dibanding pasang normal.

Akhirnya, fenomena supermoon ini seharusnya dilihat sebagai kesempatan berharga untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang astronomi. Kita semua dapat menyaksikan keajaiban ini bersama keluarga sambil belajar lebih banyak tentang pergerakan Bulan dan fenomena langit lainnya. Supermoon bukan hanya keindahan visual semata, tetapi juga pengingat akan keteraturan dan keajaiban alam semesta yang menakjubkan.

Exit mobile version